Rabu, 15 Desember 2010

CAWAN PENDERITAAN


Matius 26:39  Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Berbicara mengenai penderitaan, semua orang yang ditanya mengenai hal tersebut pasti mengatakan tidak mau apabila penderitaan menghinggapi mereka. Penderitaan selalu ingin dihalau dari kehidupan kita dan kalau bisa tidak mengalami penderitaan. Kita selalu menginginkan kehidupan yang enak, baik, diberkati, penuh dengan kemewahan, penuh dengan rasa aman, dan lain sebagainya. Yang ada di dalam pikiran umat Tuhan adalah tujuan hidup yang lebih baik dan ada begitu banyak orang tidak mau menjalani proses mencapai tujuan hidup dengan susah payah. Itu sebabnya ada begitu banyak motivator yang memanfaatkan situasi ini untuk memotivasi orang dalam hal mencapai tujuan yang diinginkan. Motivator menyarankan agar bisa sukses, tetapkan tujuan dengan baik dan pikirkan serta lakukan maka semua akan bisa dicapai.

Cara berpikir motivator yang mengikuti jalan pikiran sendiri, berbeda dengan cara berpikir Yesus yang mengikuti jalan pikirannya Tuhan. Yesus melihat bahwa  proses untuk mencapai tujuan yaitu kemenangan atas dosa yang akan dialaminya begitu menyakitkan namun harus dilalui karena menurut jalan Tuhan. Yesus yang berperan sebagai manusia biasa pada saat itu beranggapan bahwa seharusnya cawan penderitaan tersebut dilalukan dari kehidupanNya dan mendapat kenikmatan-kenikmatan dunia. Namun Dia menyadari bahwa apabila keinginanNya sebagai manusia dituruti, maka kemenangan akan berpihak pada Iblis. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa bukan kehendakNya yang jadi tapi semuanya adalah kehendak Bapa di Sorga. Yesus mau mengambil cawan penderitaan itu.

Inilah yang harus kita pahami, bahwa tidak semua kehendak hidup kita yang harus terlaksana. Tidak semua hal yang dipikirkan harus terlaksana. Apabila kita menginginkan dan memikirkan sesuatu harus terjadi, maka kita menjadi tuhan atas diri kita sendiri. Sebaliknya, kita harus menyerahkan sepenuhnya kepada otoritas Tuhan untuk menetapkan langkah dan tujuan hidup kita. kita bertanya kepada Tuhan, mau dijadikan apa hidup kita ini. Dalam hal ini, haruslah dimengerti bahwa kita semua adalah tanah liat yang akan dibentuk oleh Penciptanya seturut dan sekehendakNya (Yesaya 64:8). Tidak pernah sebuah ciptaan meminta kepada penciptaNya agar diciptakan menjadi sesuatu. Tetapi sebaliknya, penciptanyalah yang akan menentukan bentuk dan rupa dari ciptaannya. Ketika Penjunan membentuk barang ciptaannya, Dia akan memutar, memelintir, membanting dan lain sebagainya tanah liat yang ada di tanganNya dan semua hal tersebut adalah menyakitkan. Ketika kita diproses oleh Tuhan, kita merasakan penderitaan yang luar biasa. Ketika Tuhan mau membentuk kita menjadi seseorang yang berguna dan menjadi berkat bagi orang lain, ada harga yang harus dibayar baik waktu, uang, tenaga, pikiran, dan lain sebagainya. Bagi Tuhan memang gampang dan mudah untuk memberi seseorang, tetapi Tuhan mau agar anak Tuhan menjadi lebih siap dan lebih kuat di dalam mendapatkan sesuatu.  Kalau kita tidak pernah diproses oleh Tuhan sedemikian rupa, maka kita adalah anak-anak yang gampang (Ibrani 12:8) sehingga gampang putus asa, gampang menyerah, gampang mengeluh, gampang bersungut-sungut dan lain sebagainya. Tuhan menginginkan agar segala hal yang menjadi tujuan hidup kita diperoleh dengan begitu banyak masalah dan rintangan. Namun dibalik semuanya itu, Tuhan tetap memelihara, menjaga dan memberi kita kekuatan untuk menjalaninya. Seperti Yesus yang menyerahkan tujuan hidupNya kepada kehendak Bapa dan bukan kepada kehendak diriNya sendiri, sehingga kemenangan demi kemenangan diperoleh, demikian juga hendaknya hidup kita. Kita harus mau dan dapat memahami bahwa setiap masalah, setiap penderitaan, setiap halangan, setiap sakit penyakit dan lain sebagainya selalu akan mendatangkan kebaikan kepada kita. Oleh karena itu, serahkanlah seluruh tujuan hidup kita kepada Tuhan, agar hidup kita menjadi dapat berarti di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia. Cawan penderitaan memang menyakitkan, tetapi semuanya adalah untuk kebaikan kita. Terpujilah nama Tuhan. Amin (16122010).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar