Kamis, 16 Desember 2010

MENGELUH? NGGAK LAH YAO

Yudas 1:16  Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.

Kata orang bijak, mengeluh bukanlah salah satu cara penyelesaian yang baik karena mengeluh hanya akan dapat menambah masalah. Kalau sesesorang kerjanya hanya mengeluh dan mengeluh, maka ada kemungkinan orang lain yang mendengar keluhan akan merasa tidak nyaman dengan keadaan kita sehingga menghindar untuk dekat dengan kita. Mengeluh disini dalam arti, mengeluh tentang nasib yang tak kunjung membaik, mengeluh tentang anak yang belum dimiliki, mengeluh tentang pekerjaan yang sulit didapat, mengeluh tentang segala hal yang kadang kala tanpa disadari membuat orang yang mendengarnya menjadi bosan.

Kalau kita membaca tentang cerita orang Israel ketika keluar dari tanah Mesir, kita dapat mengetahui betapa bangsa Israel selalu mengeluh dan bersungut-sungut mengenai keberadaan hidup mereka. Ketika tertindas oleh bangsa Mesir, mereka mengeluh karena begitu sakit dan begitu menderita (Keluaran 2:23). Ketika dibebaskan dari perbudakan bangsa Mesir dan harus berjalan menuju ke tanah perjanjian yang begitu jauh dan melelahkan, mereka juga mengeluh dan bersungut-sungut karena menganggap lebih enak hidup di Mesir daripada di negeri yang belum tahu kondisinya. (Keluaran 16:3). Ketika diberi makan manna oleh Tuhan tanpa bekerja, mereka bosan dan mengeluh serta meminta agar diberikan daging. Keluhan bangsa Israel ini membuat Musa dan Harun sebagai pemimpin menjadi kelabakan. (Keluaran 16:6-8).

Menghadapi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, memang kadang kala bahkan sering membuat seseorang menjadi mengeluh. Di rumah mengeluh dengan tetangga karena belum punya anak, mengeluh tentang anak  yang berkelakuan bandel, mengeluh tentang keadaan ekonomi yang tak kunjung membaik dan lain sebagainya. Di kantor mengeluh tentang pimpinan yang tidak bisa memimpin, mengeluh tentang karir yang belum meningkat, mengeluh tentang pekerjaan yang berat, dan lain sebagainya. Ketika belum bekerja, kita mengeluh betapa sulitnya mencari pekerjaan sehingga mau diberikan pekerjaan apa saja asal dapat bekerja. Ketika pekerjaan sudah didapat, kita mengeluh mengenai gaji yang sedikit dan tidak mencukupi sehingga berusaha mencari tempat pekerjaan yang lebih baik dan dapat memberikan gaji yang lebih tinggi. Ketika gaji sudah mencukupi, kita mengeluh mengenai karir yang tidak kunjung meningkat dan membuat ulah agar pimpinan melihat dan mendengar keluhan kita. Menginginkan hal yang lebih baik, memang baik dan mengeluh tentang sesuatu memang manusiawi, tapi sering mengeluh akan membuat orang lain mempunyai pandangan yang jelek mengenai kita.   Seberat apapun masalah yang dihadapi, Tuhan menghendaki agar kita datang dan mengungkapkan seluruh kerinduan kita kepadaNya. Keluhan kepada manusia kadang kala membuat suatu batu sandungan kepada orang lain. Belum tentu orang tersebut akan memberikan jalan keluar yang lebih baik kepada kita. Sebaliknya mungkin dia akan menggunakan keluhan kita menjadi alat baginya untuk kemajuan dirinya sendiri. Tetapi keluhan kepada Tuhan akan membuat segalanya menjadi lebih baik, ada damai sejahtera, ada suka cita dan yang pasti akan ada jalan keluar. Kan Tuhan Yesus sendiri sudah mengatakan agar datang kepadaNya semua orang yang letih lesu dan berbeban berat dan Dia berjanji akan memberikan kita kelegaan (Matius 11:28). Jadi, apalagi yang dipikirkan? Mengeluh kepada manusia? Mari kita katakan :”Nggak lah yao”. Mari kita mengucap sukur senantiasa dan datang kepadaNya dengan doa yang tidak jemu-jemu (Lukas 18:1) dan di dalam doa, Roh akan membantu kita untuk mengungkapkan setiap keluhan yang tidak terucapkan (Roma 8:26). Terpujilah nama Tuhan. Amin (17122010).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar