Selasa, 14 Desember 2010

TRANSFORMASI SPRITUALITAS GIDEON


PENDAHULUAN
Cerita mengenai kepahlawanan Gideon di dalam Kitab Hakim-Hakim 6-8 merupakan hal yang sangat penting yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan kajian dalam menggali spiritualitas Gideon. Mengapa Gideon sebagai seorang yang tadinya penakut menjadi seorang pemberani? Mengapa Gideon yang tadinya seorang yang peragu menjadi seorang yang teguh pendiriannya? Mengapa Gideon yang tadinya tidak percaya kepada adanya penyertaan Tuhan menjadi percaya kepada penyertaan Tuhan? mengapa Gideon yang tadinya penuh pertimbangan menjadi seorang yang menaruh harapannya kepada Tuhan? 

Pribadi Gideon adalah pribadi yang menjadi bahan renungan semua orang. Di dalam kitab Ibrani 11, Gideon menjadi salah seorang tokoh iman yang disampaikan. Spiritualitas Gideon merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari agar dapat mengetahui hal-hal apa saja yang membuat Gideon menjadi seorang yang sangat taat dan percaya kepada Tuhan.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai trasformasi spritualitas Gideon, ada baiknya diketahui terlebih dahulu mengenai transformasi spritualitas itu sendiri.

TRANSFORMASI
Kata transformasi berasal dari dua kata dasar, ‘trans dan form.’ Trans berarti melintasi (across), atau melampaui (beyond). Kata form berarti bentuk. Karena itu Transformasi mengandung makna perpindahan, dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang melampaui perubahan rupa fisik luar saja.

Namun transformasi yang dianut disini, bukanlah terjadinya perubahan bentuk fisik, tetapi lebih daripada itu adalah perubahan yang terjadi pada seseorang  yang meliputi perubahan sifat, cara hidup, sikap hidup, karakter dan cara pandang. Perubahan yang terjadi adalah perubahan total dari kehidupan seseorang.

PENGERTIAN SPIRITUALITAS
Spiritualitas adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan orang Kristen, karena spritualitas merupakan dasar dari perjalanan iman seseorang dalam pengenalannya akan Tuhan yang akan mempengaruhi seluruh hubungan yang terjadi baik dengan dirinya sendiri dengan sesama dan dengan lingkungannya. 

Istilah spritualitas berasal dari bahasa Ibrani yaitu ruach yang berarti spirit (roh). Arti kata ini dapat dipahami dengan arti yang lebih luas yaitu “breath” (nafas) dan “wind”. Berbicara tentang spirit, berarti mendiskusikan tentang apa yang memberi hidup dan semangat kepada seseorang. Jadi spiritualitas adalah tentang hidup beriman, apa yang mengendalikan dan memotivasinya serta apa yang orang dapat temukan agar spiritualitas itu dapat bertahan dan berkembang.

Untuk lebih memahami mengenai spiritualitas, harus dipahami dahulu mengenai manusia itu sendiri. Menurut tulisan Millard J.Erickson dalam bukunya Teologi Kristen,  manusia mempunyai pandangan yang berbeda mengenai keberadaan manusia  yaitu ada yang mengatakan bahwa  manusia terdiri dari 2 bagian (dikhtomi) dan ada yang mengatakan 3 bagian (trikhotomi). Teori dikhotomi berpegang pada suatu sikap bahwa manusia bersifat dual (rangkap dua) atau biparti (dua rangkap) yaitu terdiri dari jiwa-roh dan tubuh. Sedangkan teori trikhotomi menganggap bahwa bahwa manusia adalah mahluk triparti (tiga pihak) yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Roh dan jiwa dapat dibedakan tetapi tidak dapat dibagi, dan roh dan jiwa itu berumah dalam tubuh fisik. Di bawah ini akan diberikan pengertian masing-masing, yaitu:

1.      Roh, adalah kesadaran akan Allah, yang sanggup mengetahui Allah dan berhubungan dengan Allah. Pada waktu menciptakan manusia, Ia menciptakan roh manusia di dalam dia (Zakharia 12:1). Allah dikatakan sebagai Allah segala roh (Bilangan 16:22; Bilangan 27:16; Ibrani 12:9). Roh adalah bagian yang kekal dari manusia, bagian yang sanggup menyembah Allah yang adalah Roh (Yohanes 4:24). Roh dikatakan sebagai pelita TUhan (Amsal 20:27), Ayub 32:8; Pengkhotbah 12:7; 3:19-21 dan 1 korintus 2:11).
Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, rohnya kehilangan kontak dengan Allah. Hal ini hanya dapat dipulihkan dengan kejadian semula. Di dalam kelahiran baru, roh manusia dilahirkan kembali atau diperbaharui. Apa yang lahir dari Roh adalah roh (Yohanes 3:6). Roh manusia yang percaya, saat dihubungkan dengan Tuhan, menjadi satu dengan Roh Kudus (1 Korintus 6:17)
2.      Jiwa adalah kesadaran diri pada manusia yang sanggup mengetahui diri seseorang. Jiwa adalah pusat atau bagian penghubung manusia, yang menghubungkan roh dengan tubuh. Jiwa dapat mempengaruhi roh dan tubuh karena kepusatannya.
3.      Tubuh, meliputi indera atau bagian manusia yang sadar dunia, yang sanggup mengetahui dan menerima hal-hal yang dari luar di sekitarnya. Firman TUhan menjelaskan mengenai tubuh manusia sebagai berikut :
  1. Tubuh manusia adalah rumah, kemah (2 Krintus 5:1). Sebagaimana rumah didirikan untuk didiami, demikian pula tubuh manusia dibuat untuk didiami Roh Allah.
  2. Tubuh manusia adalah bait Allah (Yohanes 2:21; 1 Korintus 3:16; 6:19). Tubuh orang percaya menjadi tempat kediaman Allah oleh Roh Kudus
  3. Tubuh manusia adalah duniawi
  4. Tubuh manusia adalah hina (Filipi 3:21; Ayub 19:25-27). Dosa telah menundukkan manusia kepada kesakitan, kebusukan dan kematian.

Menurut Gordon Fee dalam penelitiannya tentang studi spritualitas, menyatakan bahwa
  1. Tidak pernah Paulus menggunakan kata sifat (adjective) pneumatikos yang diterjemahkan dengan kata sprituality merujuk kepada roh manusia (human spirit)
  2. Spritualitas ditemukan bersamaan dengan istilah Roh Allah atau Kristus
  3. Seseorang dikatakan rohani/spritual apabila sampai pada satu tingkat tertentu bahwa orang tersebut tinggal dan berjalan oleh ROh TUhan. Dalam Kitab Suci tidak ada lagi pengertian dan ukuran lain yang dipakaikan. Itulah sebabnya Paulus mengatakan ”Law is Spritual”, yang dimaksudkan ialah hukum itu ada di wilayah dan milik dari Roh Allah bukan berasal dari wilayah kedagingan manusia.
  4. Spritualitas sejati adalah hal yang berkaitan dengan hidup oleh Roh, tidak ada yang lebih atau kurang dari itu
  5. Tujuan Allah dalam kehidupan orang-orang percaya adalah agar kita mencapai kehidupan yang rohani/spritual yang mana hal ini didapatkan melalui penebusan oleh kematian Kristus dikaryakan oleh Roh Kudus untuk memiliki kehendak dan bersedia melakukannya dengan rela untuk menyenangkan Dia.
Menurut diktat pelajaran Spritualitas yang dikutip, disebutkan bahwa ada enam (6) aspek dasar kehidupan manusia yang dapat mempengaruhi spiritualitas, yaitu :
  1. Pemikiran (Thougt)
Berfungsi membawa segala sesuatu pada pemikiran atau ingatan kita dengan berbagai cara (termasuk persepsi imajinasi) dan memampukan seseorang mempertimbangkan berbagai aspek. Melalui pemikiran, kesadaran seseorang dalam pemahaman tentang alam semesta, masa lalu, masa sekarang dan masa depan dengan menggunakan pertimbangan dan buah pikiran alamiah, imajinasi dan seni dan juga pernyataan Ilahi.

  1. Perasaan  (feeling)
Perasaan bisa mendekatkan atau malah menjauhkan seseorang dari segala sesuatu yang muncul di benak, di dalam pikiran seseorang. Perasaan selalu melibatkan hal-hal yang menyenangkan maupun menyakitkan seperti bagaimana merasakan suatu makanan apakah enak atau tidak, merasakan hubungan, kedudukan dan lain-lain. Perasaan dan pemikiran selalu berjalan bersama dan saling bergantung.

  1. Kehendak (will, spirit, heart)
Kemauan atau pilihan adalah pelatihan dari kehendak, kemampuan seseorang untuk memulai segala sesuatu dan berbagai peristiwa supaya terjadi atau tidak terjadi.

  1. Tubuh (body)
Tubuh adalah bagian utama atas kehadiran kita di dunia fisik dan sosial. Tubuh merupakan sumber energi atau kekuatan yang utama, sebuah tempat dimana kita dapat berada dalam posisi yang berlawanan dengan Allah. Tubuh adalah titik dimana kita distimulasi oleh dunia di luar diri kita dan dimana kita menemukan dan ditemukan orang lain. Hubungan-hubungan pribadi manusia tidak dapat dipisahkan dari tubuh dan sebaliknya tubuh tidak dapat dipahami terlepas dari hubungan manusia. Tubuh manusia bisa menjadi masalah utama dalam pembentukan spiritual karena terlatih dalam dunia yang penuh kesalahan dan kejahatan.

  1. Konteks Sosial
Diri manusia membutuhkan ikatan dengan diri orang lain dan satu sama lain saling ketergantungan. Disamping hubungan dengan sesama, hubungan yang bersifat vertikal yaitu hubungan dengan Tuhan harus dibina dengan baik, karena hal yang paling fundamental bagi manusia adalah hubungan dengan Allah sendiri. Hubungan manusia dengan manusia lain tidak akan terjalin dengan baik apabila hubungan antara manusia dengan Tuhannya tidak terjalin dengan baik dan benar. 

  1. Jiwa (soul)
Jiwa adalah dimensi yang terkait dengan seluruh dimensi lain sehingga membentuk suatu kehidupan. Pandangan Alkitabiah menjelaskan bahwa jiwa di sini adalah sebuah istilah yang mengacu pada manusia secara keseluruhan melalui dimensinya yang terdalam. Keleluasaan dan kemerdekaan jiwa tetap harus dikontrol oleh pelaksana yang sangat kecil yaitu kehendak/roh. Tubuh melayani jiwa, jiwa melayani pikiran, pikiran melayani roh dan roh melayani Tuhan. Roh pertama-tama harus hidup bagi dan melalui Allah, karena jika tidak, manusia akan tetap mati karena berbagai pelanggaran dosa (Efesus 2:1).

Transformasi spiritual hanya terjadi tatkala setiap dimensi manusia yang esensial diubah menjadi serupa dengan Kristus dibawah pimpinan kehendak yang diperbaharui. Transformasi seperti itu bukanlah akibat usaha manusia belaka dan tidak dapat dilakukan dengan menekan kehendak (hati/roh) semata-mata. Transformasi spritualitas berarti terjadi perubahan dalam diri seseorang baik mengenai sikap hidup, pandangan hidup, cara hidup, pemikiran dan pola hubungan antar sesama dan dengan Tuhan. Semuanya terjadi karena Tuhan.

AWAL KEHIDUPAN SPRITUAL GIDEON
Gideon pada awal kehidupannya memiliki spiritualitas yang dangkal dan tidak percaya Tuhan. Dia tidak punya hubungan yang baik dengan Tuhan sehingga dia tidak mengenal Tuhan sama sekali, dan juga tidak mempunyai hubungan yang baik dengan sesama. Sebagai seorang yang hidup di masa penjajahan bangsa Midian, Gideon sebagai seorang yang penakut, peragu, apatis, dan tidak mempunyai pengharapan. Selama 7 tahun dijajah oleh bangsa Midian membuat Gideon trauma sampai-sampai untuk melihat orang Midian dia takut. Ketakutan Gideon terhadap bangsa Midian dikarenakan bangsa Israel telah berbuat jahat di mata Tuhan dan menjauh dari Tuhan sehingga semua Tuhan ijinkan terjadi bagi kehidupan mereka.  Setelah bangsa Israel berteriak dan berseru kepada Tuhan, barulah Tuhan melawat mereka. Tuhan mengutus seorang nabi kepada orang Israel untuk menyampaikan bahwa Tuhan akan membebaskan mereka dari orang Midian (Hakim-hakim 6:8-10)
“Ketika orang Israel berseru kepada TUHAN karena orang Midian itu, maka TUHAN mengutus seorang nabi kepada orang Israel, yang berkata kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang menuntun kamu keluar dari Mesir dan yang membawa kamu keluar dari rumah perbudakan. Aku melepaskan kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan semua orang yang menindas kamu, bahkan Aku menghalau mereka dari depanmu dan negeri mereka Kuberikan kepadamu. Dan Aku telah berfirman kepadamu: Akulah TUHAN, Allahmu, maka janganlah kamu menyembah allah orang Amori, yang negerinya kamu diami ini. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku itu."

Di sini dapat diuraikan dan dijelaksn bahwa sebelum Gideon mengenal Tuhan, dia memiliki karakter spiritualitas sebagai berikut :
1.      PENAKUT
Trauma yang terjadi dalam diri bangsa Israel termasuk Gideon yang diakibatkan penjajahan bangsa Midian selama 7 tahun, membuat dia menjadi orang yang tumbuh dalam lingkungan penuh dengan intimidasi dan ketakutan. Bangsa Midian yang jahat dan selalu menjarah hasil kerja keras bangsa Israel, membuat mereka tidak ingin melihat bangsa itu. Ada ketakutan dalam diri bangsa Israel dan Gideon. Segala hal harus mereka kerjakan dengan cara sembunyi-sembunyi dan tak ingin melihat orang Midian.

Hakim-hakim 6:2, 11 mencatat hal itu :
6:2: “dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. Karena takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu.”
6:11: “Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian.”
Alkitab mencatat bahwa Gideon dan bangsanya sangat ketakutan sehingga harus membuat rumah dan tempat-tempat perlindungan di gua-gua.
Karakter Gideon yang penakut merupakan gambaran dari hilangnya kemuliaan Allah dari dalam hidupnya. Padahal manusia diciptakan oleh Allah adalah serupa dan segambar dengan Allah. Hal ini terjadi karena putusnya hubungan antara Allah dengan bangsa Israel, antara Allah dengan Gideon. Sifat penakut ini akibat Roh Allah tidak lagi bersama-sama dengan Gideon, sehingga ketika ada intimidasi dari bangsa Midian, mereka menjadi takut.
                                 
2.      RAGU DAN TIDAK PERCAYA KEPADA TUHAN
Gideon memiliki sikap peragu dan hatinya tidak percaya kepada Tuhan. Gideon tidak percaya bahwa Tuhan ada dan menyertai dia, sanak keluarganya, sukunya dan bangsanya. Penderitaan, kemelaratan, penindasan dan tidak ada sukacita dalam kehidupan sehari-hari telah membuat Gideon menjadi seorang yang tidak percaya kepada TUhan, menganggap bahwa Tuhan tidak menyertai, Tuhan tidak dapat membuat mujizat, Tuhan telah membuang dia dan bangsanya, Tuhan telah menyerahkan mereka kepada bangsa Midian, dan lain sebagainya.
Hakim-hakim 6:13 mencatat hal itu :
“Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian."
Dalam hal ini Gideon mengeluh kepada TUhan ketika Tuhan menyapa dia. Gideon mempersalahkan Tuhan dan mengatakan bahwa Tuhan telah meninggalkan dia dan bangsanya ditindas oleh bangsa lain. Ini dikarenakan Gideon belum mengenal Tuhan dengan baik.

3.      RENDAH DIRI
Dalam lingkungan yang penuh ketakutan dan intimidasi, Gideon menjadi seorang yang memiliki sikap rendah diri. Dia tidak percaya akan kemampuan diri, kemampuan sukunya, kemampuan bangsanya.  Dia merasa tidak berharga sama sekali dan merasa tidak mempunyai kemampuan. Tidak ada motivasi dalam dirinya sendiri dan bangsanya untuk bangkit dan menatap masa depan yang penuh harapan. Semua dijalani dengan penuh rasa apatis karena rendah diri.

Hakim-hakim 6:15 mengatakan hal tersebut :
“Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku."
Gideon merasa bahwa kemampuannya sebagai manusia biasa tidak ada. Dia mengungkapkan hal tersebut kepada Tuhan bahwa dia tidak punya kemampuan, tidak punya nyali, tidak punya pasukan yang banyak, tidak punya sesuatu keahlian untuk mengalahkan bangsa Midian yang diketahuinya sangat kuat dan besar pasukannya.

4.      PESIMIS
Pesimis merupakan sikap yang tidak dapat memandang sesuatu hal secara positif. Segala sesuatu sepertinya tidak dapat terjadi. Orang pesimis kehidupannya lebih banyak dikuasai oleh pikiran yang negatif, hidup penuh kebimbangan dan keraguan, tidak yakin pada kemampuan diri sendiri, kepercayaan dirinya mudah goyah dan mudah putus asa kalau menemui kesulitan atau kegagalan, selalu mencari alasan dengan menyalahkan keadaan dan orang lain sebagai proteksi untuk membenarkan dirinya sendiri, padahal di dalam dirinya dia tahu bahwa betapa rapuh mentalnya, orang pesimis lebih percaya bahwa sukses hanyalah karena kebetulan, keberuntungan atau nasib semata.
Gideon adalah manusia yang pesimis yang memiliki pandangan sempit dan mengalami kebimbangan dalam hidupnya. Dia mengalami yang namanya kesulitan dan kegagalan, namun di balik kegagalannya tersebut dia mencari alasan dengan menyalahkan keadaannya pada saat itu.

Di dalam Hakim-hakim 6:17 Gideon menyatakan hal tersebut:
“Maka jawabnya kepada-Nya: "Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku.”
Dalam hal ini Gideon belum sepenuhnya yakin bahwa Tuhan memberinya kasih karunia untuk menjadi alatnya Tuhan. Maka Gideon meminta suatu tanda dari Tuhan bahwa yang berbicara kepadanya adalah memang benar-benar Tuhan.

PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS GIDEON
Dari uraian di atas, timbul suatu pertanyaan dalam hati mengenai spritualitas Gideon. Mengapa Gideon bisa menjadi bahan cerita di generasi berikutnya, di lingkungan anak cucunya kalau Gideon hanya seorang yang penakut dan tidak punya masa depan seperti cerita tersebut? Apa yang membuat Gideon berubah total menjadi seorang pemberani dan mempunyai kemampuan yang luarbiasa dalam menaklukkan musuh sehingga namanya dikenal sebagai pahlawan iman?
Ada beberapa hal yang membuat spiritualitas Gideon mengalami perubahan yaitu :

1.      TUHAN MEMPERLAKUKAN GIDEON SEBAGAI ORANG YANG GAGAH
Tuhan menampakkan diri kepada Gideon di tempat pengirikan gandum yang tersembunyi dari pandangan orang Midian. Dalam penampakkan diri-Nya kepada Gideon, Tuhan tidak memperlakukan Gideon sebagai seorang yang lemah, atau memperlakukan dia sebagaimana layaknya sifat dasar Gideon yang penakut. Tuhan memperlakukan Gideon sebagai seorang yang gagah berani. Inilah pengalaman pertama yang membuat Gideon bangkit dari sifat dasarnya yang penakut. Di dalam Hakim-hakim 6:12 berkata :

“Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."
Dalam hal ini Tuhan tidak memperlakukan seseorang berdasarkan sifatnya. Justru disinilah dapat dilihat bahwa cara Tuhan menyapa dan memperlakukan Gideon dengan cara yang luar biasa mengakibatkan dia menjadi seorang yang naik harga dirinya. Tuhan tidak merendahkan manusia, justru Tuhan mengangkat dan menjadikan seseorang menjadi berguna. Inilah yang dilakukan oleh TUhan terhadap Gideon.

2.   GIDEON MEMBERIKAN PERSEMBAHAN KEPADA TUHAN
Salah satu hal yang membuat perubahan dalam diri Gideon adalah terjalinnya kembali hubungan yang baik antara dia dengan Tuhan. Hal ini tercermin dengan adanya persembahan yang diberikan oleh Gideon kepada TUhan.

Hal ini dicatat oleh kitab Hakim-hakim 6:18 berkata :
“Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang kepada-Mu membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu." Firman-Nya: "Aku akan tinggal, sampai engkau kembali."
 Tuhan senang dengan persembahan yang diberikan oleh pribadi dan dengan murah hati, pengorbanan secara tetap, sukarela dan sesuai kesanggupan. Di dalam Alkitab Ulangan 35:22 juga disebutkan bahwa : “ Maka datanglah mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN”.  Dalam hal ini Gideon mengetahui dan mengerti bahwa Tuhan sangat menyukai persembahan dan oleh karena itu dia pergi dan membawa persembahan kepada Tuhan. Dia mempersiapkan dan merencanakan dengan baik persembahan yang akan diberikannya kepada Tuhan.

3.   GIDEON MENDIRIKAN MEZBAH BAGI TUHAN
Mezbah Tuhan merupakan tempat bersemayamnya Tuhan agar umatNya dapat melakukan persekutuan denganNya. Bangsa Israel sangat menghormati adanya mezbah dan korban untuk menjalin hubungan dengan Tuhan.

Hakim-hakim 6:24 berkata :
“Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di Ofra, kota orang Abiezer.

Ada hal-hal yang harus kita perhatikan dari kehidupan Gideon ini yaitu dia mengikuti pola hidup dari Abraham, Bapa leluhurnya dimana Gideon membangun mezbah bagi TUhan. Seperti diketahui bahwa Abraham begitu dikasihi oleh Allah dan beroleh berkat-berkatNya yang melimpah karena Abraham adalah orang yang taat, "...ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui." (Ibrani 11:8). Tercatat juga di Alkitab bahwa di mana pun berada Abraham senantiasa membangun mezbah bagi Tuhan. Mezbah di sini berbicara tentang ibahdah dan di atas mezbah selalu ada korban. Beberapa mezbah yang dibangun Abraham adalah dekat Sikhem (Kejadian 12:4-7). Kata Sikhem berarti bahu. Artinya ia mempercayakan segenap hidupnya di atas bahu Tuhan, bergantung penuh kepada tuntunanNya, tidak lagi mengandalkan kepintaran dan kekuatan sendiri. Penulis Amsal mengingatkan, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5). Bila kita 'mengangkat tangan' berserah kepada Tuhan, Dia akan 'turun tangan' menolong kita. Abraham juga mendirikan mezbah dekat Betel. "Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN." (Kejadian 12:8). Betel berbicara tentang kediaman Tuhan, tempat ia bertahta. Ini menunjukkan Abraham sangat menghormati Tuhan. Hal inilah yang diikuti oleh Gideon. Segera Gideon mendirikan mezbah di Ofra dan melakukan hubungan yang akrab dengan Tuhan di tempat itu.

4.GIDEON MENGHANCURKAN BERHALA KELUARGA
Salah satu hal yang menyebabkan Tuhan tidak lagi berada di tengah-tengah bangsa Israel adalah karena bangsa ini telah menjauh dari TUhan dan membuat berhala-berhala yang merupakan kekejian di mata Tuhan. Berhala tersebut merupakan berhala keluarga yang diwariskan dari nenek moyang mereka yang disebut dengan terafim. Di dalam Ensiklopedia Umum halaman 1095 disebutkan bahwa terafim adalah benda berhala kuno bangsa Yahudi yang dipakai dalam kegiatan meramal.

Dalam Firman Tuhan, kata terafim pertama kali disebutkan dalam Kejadian 31 : 19. Isi dari ayat Firman Tuhan itu mengatakan : Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya.

Wujud dari terafim itu sendiri, biasanya dirupakan dalam bentuk patung, baik dalam ukuran besar maupun kecil. Patung terafim berbentuk besar, biasanya diletakkan bangsa Yahudi di halaman depan rumah atau bagian dari aksesoris didalam rumah. Sedangkan terafim yang dicuri oleh Rahel dari ayahnya, Laban, merupakan terafim berbentuk patung kecil.

Apabila kita memperhatikan lebih jauh uraian Firman Tuhan yang menuliskan tentang terafim, maka dapat kita ketahui kalau terafim merupakan sebuah jimat, yang sengaja dimiliki untuk maksud penyembahan berhala, karena terafim dianggap sebagai simbol keberadaan dewa, khususnya dewa pelindung keluarga, yang dipercayai oleh bangsa Yahudi pada saat itu.
Oleh karena itu bisa dikatakan, kalau pada jaman Perjanjian Lama, kehidupan bangsa Yahudi, memang masih dipengaruhi oleh adanya sikap percaya kepada dewa-dewa, bukan kepada Allah. Apabila kita memperhatikan uraian dari isi ayat Firman Tuhan yang tercatat dalam Kejadian 31 : 19 diatas, maka sangat besar kemungkinan, kalau sikap percaya bangsa Yahudi pada para dewa tersebut, memang telah ada semenjak jaman sebelum kehidupan Abraham, Bapak orang percaya, di bumi ini.
Sikap percaya bangsa Yahudi pada dewa-dewa tersebut, bahkan masih terus berlanjut, meskipun bangsa ini telah mendapatkan urapan kasih Allah, yaitu pada saat bangsa Yahudi telah melalui masa kepemimpinan para Hakim-Hakim termasuk pada jaman Gideon ini, pada saat bangsa Israel berbentuk kerajaan, dan pada saat bangsa Israel telah melalui kehidupan pada jaman sesudah pembuangan. Oleh karena hal ini merupakan kekejian di mata Tuhan, maka Tuhan memerintahkan Gideon agar segera merubuhkan segala berhala yang ada dalam keluarganya.

Di dalam kitab Hakim-hakim 6:27 disebutkan :
“Kemudian Gideon membawa sepuluh orang hambanya dan diperbuatnyalah seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya. Tetapi karena ia takut kepada kaum keluarganya dan kepada orang-orang kota itu untuk melakukan hal itu pada waktu siang, maka dilakukannyalah pada waktu malam.”
Pada saat Gideon mengambil keputusan untuk menghancurkan berhala keluarga, dia masih memiliki rasa takut terutama kepada kaum keluarganya yang memiliki berhala. Maka langkah pertama yang dilakukannya adalah menghancurkan berhala keluarga pada malam hari. Penghancuran berhala keluarga ini membuat Gideon berubah seratus delapan puluh derajat. Dia dibebaskan dari belunggu-belenggu dosa yang selama ini mengikat dirinya dan juga keluarganya.

5.      ROH TUHAN ADA PADANYA
Inti utama dari transformasi spiritual Gideon adalah ketika Roh Tuhan ada padanya. Ketika Gideon menghancurkan berhala keluarga, dan juga baal milik seluruh bangsa Israel, Roh Tuhan segera menguasai Gideon. Roh Tuhan segera membebaskan Gideon dari belenggu kuasa Iblis. Rasa takut, roh perbudakan dan belenggu-belenggu dosa sudah dihancurkan. Dan Gideon tidak lagi dibelenggu oleh roh perbudakan. Dalam Roma  8:15 disebutkan :  “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

TRANSFORMASI SRITUALITAS GIDEON
Setelah Gideon melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepadanya, yaitu meruntuhkan dan menghancurkan mezbah Baal kepunyaan ayahnya (Hakim-hakim 6:25) maka Roh Tuhan menguasai Gideon (Hakim-hakim 6:34). Dan selanjutnya Gideon meniup sangkakala dan terjadilah transformasi spritual pada diri Gideon. Setelah mengalami transformasi spiritual, Gideon memiliki :
1.      SIFAT KEPEMIMPINAN
Gideon memiliki kemampuan memimpin semua suku-suku yang ada. Dia dapat mengerahkan orang-orang Abiezer untuk mengikuti dia, mengerahkan suku Manasye, mengerahkan suku Asyer, mengerahkan suku Zebulon, dan Naftali. (Hakim-Hakim 6:34-35). Dia punya kharisma yang sanggup menghimpun seluruh suku Israel. Kepemimpinan yang dimiliki Gideon adalah kepemimpinan ganda, yaitu sebagai pemimpin di dalam perjuangan melawan musuh-musuh dan sebagai pemimpin di dalam bidang rohani.

2.      SIKAP TAAT DAN PERCAYA
Gideon segera mengerahkan seluruh suku yang ada dan mengumpulkannya serta membuat pasukan yang berjumlah 32.000 orang. Namun Tuhan tidak menghendaki sejumlah besar pasukan, karena takut orang Israel akan memegahkan diri dan menganggap kemenangan yang diperoleh adalah berkat kekuatan yang mereka miliki. Tuhan menyuruh untuk mengurangi jumlah pasukan dan Gideon mentaati perintah Tuhan dan mengurangi pasukan yang ada menjadi 300 orang.(Hakim-hakim 7:6).
Ketaatan dan kepercayaan yang dimiliki oleh Gideon akibat transformasi spiritual yang dialaminya.

3.      KEBERANIAN
Keberanian yang dimiliki oleh Gideon bukanlah keberanian lahiriah, tapi semuanya terjadi atas kehendak Tuhan. Tuhan telah mengubah hidupnya dari seorang penakut menjadi seorang pemberani. Rohnya menyala-nyala karena campur tangan Roh Tuhan atas dirinya.

4.      HATI YANG TEGUH
Dengan jumlah pasukan hanya 300 orang, Gideon sebenarnya secara manusia gentar juga. Baru setelah Gideon mendengar mimpi dengan disertai maknanya, Gideon semakin mantap untuk maju berperang. Hatinya semakin teguh. Hakim-hakim 7:15 mencatat hal tersebut.

Hasil dari transformasi spiritualitas Gideon dapat dilihat yaitu adanya perubahan-perubahan dalam dirinya sendiri, seluruh aspek kehidupannya berubah mulai dari cara pandang, pola pikir, sikap hidup, karakter, cara hidup dan semua perilakunya. Hal ini berdampak pada hasil yang diperoleh berupa kemenangan-kemenangan Gideon dalam berperang melawan bangsa Midian. Tuhan beserta Gideon dalam setiap aspek kehidupannya. Gideon memiliki iman kepada Tuhan yang sangat diperhitungkan dalam sejarah bangsa Israel. Inilah yang menjadikan Gideon dicatat dalam sejarah kejayaan bangsa Israel. Sehingga Ibrani 11 mencatat dia sebagai pahlawan iman, iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

KESIMPULAN

Spritualitas Gideon yang mengalami transformasi patut kita pelajari dan menjadi renungan kita bersama. Hal ini dikarenakan Gideon disebut-sebut sebagai seorang pahlawan iman. Namun setelah ditelusuri mulai awal kehidupannya, ternyata kehidupannya sebelum mengenal Tuhan dengan baik, sebelum Roh Tuhan ada padanya, dia adalah seorang yang mempunyai karakter penakut, peragu dan tidak percaya kepada Tuhan, rendah diri dan pesimis. Namun setelah dia mengalami lawatan Tuhan, mengalami suatu pengalaman spiritual bersama Tuhan, dia berubah total menjadi seorang pemimpin yang ditakuti dan disegani, memiliki sikap pecaya dan taat kepada Tuhan, memiliki keberanian yang luar biasa dan memiliki hati yang teguh. Transformasi spritual terjadi dalam diri Gideon.

Hal-hal yang dialami Gideon sehingga transformasi spritual terjadi dalam dirinya adalah antara lain :
Tuhan tidak memperlakukan dia sebagai seorang yang rendah, sebagai seorang penakut. Tapi lebih daripada itu, Tuhan memperlakukan dia sebagai seorang pahlawan yang gagah perkasa. Setelah sapaan Tuhan yang begitu menggetarkan hatinya yang membuat dia tersanjung, Gideon segera memberikan persembahan kepada Tuhan. Persembahan memang sangat disenangi Tuhan, sehingga persembahan Gideon diterima dengan baik.

Selanjutnya Gideon mendirikan mezbah bagi Tuhan untuk dapat dipakai beribadah kepada Tuhan. Mezbah Tuhan sangat diperlukan agar persekutuan dengan Tuhan dapat dilakukan dengan memberikan korban persembahan kepadaNya. Inilah yang dilakukan Gideon untuk memuji dan meninggikan Tuhan sehingga ada lawatan kuasa Tuhan atas diri Gideon. Disamping itu, Gideon dengan berani menjalankan perintah TUhan untuk menghancurkan berhala-berhala keluarga, berhala-berhala suku, berhala-berhala bangsa Israel. Semuanya tanpa terkecuali dihancurkan. Hal inilah yang menyukakan hati Tuhan, sehingga Roh Tuhan menguasai Gideon. Dimana ada Roh Tuhan, disitu ada kemerdekaan, ada kebebasan. Itu yang dialami Gideon dan ia menjadi seorang yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar