Kamis, 29 Maret 2012

TETAPLAH BERDOA


TETAPLAH BERDOA
1Tesalonika 5:17 Tetaplah berdoa.

Apakah saudara sudah mulai putus asa dan mulai merasa bahwa segala sesuatu yang dilakukan sudah tidak ada artinya lagi? Apakah semangat saudara untuk berdoa sudah mulai menyurut atau bahkan sudah tidak pernah lagi berlutut di hadapan Tuhan untuk bergumul tentang segala sesuatu yang dialami? Kalau Saudara mulai jenuh, mulai putus asa, mulai tidak memiliki pengharapan  dan tidak pernah lagi berlutut di hadapan Tuhan, maka saudara beruntung diingatkan oleh firman Tuhan kali ini yang mengajak kita semua untuk tetap berdoa.

Berdoa dilakukan bukan hanya sekali, bukan hanya dua kali atau bahkan hanya sesekali ketika merasa penting untuk berdoa. Berdoa bukan hanya dilakukan ketika memiliki masalah, tetapi berdoa dilakukan baik ketika memiliki masalah maupun ketika tidak memiliki masalah. Kita harus senantiasa berdoa baik suka maupun duka. Berdoa adalah nafas kehidupan orang percaya. Tanpa doa yang benar di dalam nama Yesus Kristus, kita tidak akan berarti apa-apa. Segala hal yang dialami, mungkin mengenai diri sendiri, mungkin mengenai orang lain, mungkin mengenai keluarga, mungkin mengenai pekerjaan, mungkin mengenai masyarakat, atau bahkan mungkin mengenai permasalahan bangsa dan negara ini dapat diletakkan di bawah kaki Yesus melalui doa yang disampaikan.

Berdoa dengan sungguh-sungguh dan dengan keyakinan penuh amat besar kuasanya (Yakobus 5:16b). Ingatlah tentang Hana yang selalu berdoa untuk memohon seorang anak bagi dirinya. Bertahun-tahun dengan tiada jemu-jemunya dia berdoa kepada Tuhan (1 Samuel 1:3). Hasilnya? Sungguh luar biasa, dia dikaruniai seorang anak yang kemudian diberi nama Samuel. Ingat juga mengenai Daniel yang selalu berdoa setiap hari. Tiga kali sehari dia berlutut dan berdoa kepada Tuhan. (Dan 6:10). Sebagai seorang pejabat tinggi, dia selalu bergantung kepada Tuhan. Hasilnya? Jabatannya dapat bertahan sampai beberapa periode pergantian raja. Sungguh luar biasa. Banyak contoh tentang tokoh alkitab yang berhasil karena senantiasa berdoa.  Bagaimana dengan kita? Mari kita mengikuti ajakan firman Tuhan untuk senantiasa berdoa, berdoa dan berdoa. Tiada yang dapat kita lakukan untuk menghadapi segala permasalahan kita selain berdoa dengan sungguh-sungguh dan tiada jemu-jemu serta nantikan hasilnya yang luar biasa yang tidak pernah terlihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak pernah terbayangkan oleh akal pikiran manusia. Selamat berdoa. Terpujilah nama Tuhan. Amin. (30032012)

Selasa, 27 Maret 2012

OTORITAS TUHAN


Maitus 26:37-38  Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."

Sebagai manusia, hidup tidak selalu berada diatas dan tidak selalu dalam keadaan senang. Ketika kita berada dalam kondisi aman dan sejahtera yang lebih dikenal dalam istilah “comfort zone”, kita lupa kepada kehidupan kita yang harus bergantung kepada Tuhan. Namun ketika berada pada situasi tidak menguntungkan dan tidak mengenakkan, kita datang kepada Tuhan dan memaksakan kehendak kita kepada Tuhan dengan harapan agar masalah cepat berlalu. Kita lupa bahwa setiap masalah yang ada di dalam kehidupan kita adalah demi kebaikan kita di masa yang akan datang. Kita lupa bahwa rencana Tuhan lah yang harus dinyatakan melalui kehidupan yang dilalui. Otoritas Tuhan-lah yang akan dinyatakan.

Yesus Kristus pada saat hidup sebagai manusia juga memiliki masalah. Dia mengetahui bahwa waktuNya sudah dekat dan Dia merasa sedih dan gentar apabila harus menghadapi kenyataan mati di kayu salib. Sebagai manusia Dia juga memiliki kecemasan dan Dia juga berharap agar masalah yang akan dihadapi dapat cepat berlalu. Kalau sekiranya mungkin masalah yang akan dihadapiNya jangan pernah terjadi sehingga pada awalnya Yesus berdoa :  "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku” (Matius 26:39). Artinya, Dia sebagai manusia juga sebenarnya mengharapkan agar tidak ada masalah di dalam kehidupanNya.

Mungkin sebagai manusia ketika menghadapi masalah, kita mungkin berdoa demikian : “ Ya Bapa-ku, Ya Yesus-ku, tolonglah aku agar masalahku cepat berlalu”. Tidak ada yang salah dalam doa yang demikian karena memang sebagai manusia kita berharap adanya jalan keluar yang cepat dan realistis. Tetapi kita harus melihat bahwa otoritas bukan berada di tangan kita, tetapi berada di tangan Tuhan. Kita harus mengerti bahwa sepahit apapun masalah yang dihadapi, masalah tersebut harus tetap dihadapi. Tidak ada kemenangan yang disambut dengan gegap gempita tanpa proses yang panjang. Tidak ada orang sampai ke tangga atas tanpa melalui tangga demi tangga. Itu sebabnya, kita harus melanjutkan doa kita menjadi : “tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Janganlah memaksakan kehendak kita kepada Tuhan, tetapi serahkan semua jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi kepada otoritas Tuhan karena Dia yang tahu liku-liku jalan keluar secara mendetail dari kehidupan kita. Jalan keluar yang diperoleh melalui otoritas Tuhan akan lebih baik bahkan teramat baik bila dibandingkan dengan jalan keluar yang kita buat dengan kehendak dan kemauan sendiri. Terpujilah nama Tuhan. Amin. (28032012)

Senin, 26 Maret 2012

TUHANLAH PEMBELAKU


Roma 8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Ketika kita berada di dalam kesesakan, berada di dalam aniaya, berada di dalam intimidasi, berada di dalam  kecemasan dan lain sebagainya, kepada siapakah kita mengadu? Mungkin kita berkata bahwa kepada orang tua kitalah yang akan menjadi tempat mengadu dan akan membela kita. Mungkin kita beranggapan bahwa pimpinan di kantor yang akan bisa  menjadi pembela kita. Mungkin kepada orang-orang yang kita anggap berpengaruh adalah tempat mengadu dan akan membela kita. Tetapi ternyata tidak semuanya dapat diandalkan dan mereka tidak dapat membela kita.  Lantas siapa pembela kita?

Kalau kita mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah pembela kita, bagaimana caranya? Toh ketika kita berada dalam situasi yang tidak menguntungkan dan datang kepada Yesus, Dia tidak segera menolong dan membela kita. Toh ketika sakit penyakit menghimpit kita, Yesus Kristus tidak segera memberikan kesembuhan bagi kita. Kita merasa dunia semakin tidak bersahabat dengan kita, kita merasa tidak ada yang mau peduli dengan kita, semua terasa sesak, terasa berat dan tiada harapan. Lantas bagaimana? Apakah kita lantas menyalahkan orang lain? Atau lantas menyalahkan Tuhan?

Menyalahkan Tuhan bukanlah hal yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan Dia. Orang yang menyalahkan Tuhan adalah orang yang hanya memberikan tempat kepada Tuhan sebagai nomor dua atau mungkin jalan keluar terakhir di dalam kehidupannya. Tuhan dijadikan sebagai ban serep yang hanya dipakai ketika dibutuhkan. Ketika ban serep diperlukan dan ternyata tidak dapat dipakai karena kempes, ban serep segera dimaki-maki dan disalahkan. Sebaliknya, sebagai umat Tuhan yang mengandalkan Tuhan dan yang melekat erat dengan Tuhan akan dapat berkata : “Tuhan adalah pembelaku, kepada siapa aku akan takut?” Bagi orang yang dekat dengan Tuhan, baik masalah, intimidasi, kesesakan maupun ancaman dan lain sebagainya bukanlah sebuah masalah yang besar karena dia yakin Tuhan lah yang akan menolong dan Tuhan lah yang akan menjadi pembela. Kita yang dekat dengan Tuhan dan bergaul erat dengan Dia akan memiliki keyakinan bahwa cepat atau lambat, pertolongan Tuhan akan datang dengan segera.  Dan ketahuilah, bahwa pertolonganNya tidak pernah terlambat. Yakinlah akan hal itu. Terpujilah nama Tuhan. Amin. (26032012)  

Kamis, 08 Maret 2012

JANJI TUHAN YA DAN AMIN


Keluaran 1: 12  Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.

Setelah generasi Yusuf tiada lagi dan orang-orang Mesir yang mengenal Yusuf juga tiada, maka mulailah bangsa Mesir melakukan penindasan kepada bangsa Israel yang ada di sana. Penindasan dilakukan karena bangsa Mesir takut jumlah mereka akan semakin banyak dan tanah mereka akan diduduki oleh bangsa Israel. Namun kenyataan yang dilihat oleh bangsa Mesir adalah : “Semakin mereka ditindas, bukannya semakin berkurang jumlah mereka, tetapi semakin bertambah besar jumlahnya.” Bangsa Israel bertambah banyak adalah dikarenakan adanya janji Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub untuk menjadikan mereka sebagai bangsa yang besar sehingga tidak dapat digagalkan oleh siapapun.

Kalau Tuhan sudah berjanji, tidak akan ada satu kekuatan pun yang dapat menggagalkannya. Kalau Tuhan sudah membuka pintu, tak satu pun yang dapat menutupnya. Kalau Tuhan yang  sudah mengangkat, tak satupun yang dapat menurunkannya. Kalau Tuhan sudah mengatakan akan memelihara kehidupan kita, tak satu pun yang dapat mengganggu umatNya. Kalau Tuhan sudah mengatakan jangan kuatir, tak satu pun yang dapat mengacaukan kehidupan kita.

Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menandingi kekuatan Tuhan. Ini yang harus kita pegang dan imani. Janji Tuhan kepada umatNya adalah ya dan amin. Mungkin pada saat ini kita terintimidasi karena berusaha mempertahankan iman kepada Yesus Kristus, kita tak perlu takut karena Tuhan sudah berjanji bahwa tidak sehelaipun dari rambut kepala kita akan hilang. (Lukas 21:18). Mungkin kita pada saat ini diperhadapkan pada suatu dilema antara naik jabatan dengan iman, dan kita tidak perlu kuatir akan semua itu karena kalau Tuhan yang sudah mengangkat dan memberikan jabatan, tidak ada satu pun yang akan dapat menggoyang jabatan kita. Lihat saja contoh seperti Daniel, Sadrakh, Messakh dan Abednego. Mereka adalah pejuang iman yang tetap kokoh di dalam jabatannya namun tetap kokoh juga di dalam iman. Jangankan jabatan, nyawa sekali pun mereka pertaruhkan untuk mempertahankan iman. Dan hasilnya sungguh luar biasa, jabatan mereka semakin meningkat dan posisi mereka semakin kuat karena Tuhan di pihak mereka. Oleh karena itu, ingatlah, bahwa kalau Tuhan sudah berjanji maka Dia akan selalu menepati. Terpujilah nama Tuhan. Amin (09032012)

Rabu, 07 Maret 2012

AKU TELAH MEMINTANYA DARI TUHAN


1 Samuel 1:20  Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."

Samuel adalah seorang nabi besar yang dikenal di sepanjang jaman sampai dengan sekarang ini. Kalau melihat kisah dari kehidupan Samuel, kita akan dapat belajar bahwa Samuel dilahirkan  melalui pergumulan yang sangat panjang dan berat oleh seorang ibu yang bernama Hana.  Sebelum Samuel lahir, Hana begitu tertekan, tersiksa dan selalu menangis karena dinyatakan mandul dan tidak bisa memiliki anak.  Namun, karena kesetiaan Hana untuk bergumul terhadap masalahnya ini, maka Tuhan berbelaskasihan kepadaNya dan memberikan seorang anak dan diberi nama Samuel yang artinya : “Aku telah memintanya daripada Tuhan.”

Walaupun Hana telah bertahun-tahun meminta seorang anak kepada Tuhan dengan penuh derita, tetapi Hana tidak lupa kepada sang Pemberi. Hana mengembalikan dan mempersembahkan anak tersebut kepada Tuhan (1 Samuel 1:28) sebab pikirnya, pasti Tuhan akan memberikan lebih banyak lagi anak bagi keturunannya. Sebuah komitmen seorang hamba Tuhan yang begitu luar biasa. Walaupun sudah memiliki, tetapi Hana masih mau mengorbankan perasaannya untuk melepas Samuel kepada Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menerima apa yang kita pinta dan memuliakan Tuhan? Ketika meminta sesuatu kepada Tuhan dan menerimanya, ada begitu banyak orang serta merta melupakan Tuhan. Kesenangan, suka cita dan luapan kegembiraan yang keluar dari dirinya segera mengalahkan segalanya. Segala sesuatu yang telah diberikan kepada kita serta merta membuat kita lupa kepada sang Pemberi dengan mengucap syukur kepadaNya. Pertolongan Tuhan yang begitu luar biasa terjadi di dalam kehidupan kita, dilupakan begitu saja. Sama seperti kisah sepuluh orang kusta yang telah disembuhkan oleh Yesus, hanya satu yang kembali memuliakan nama Tuhan (Lukas 17:12-19). Kita harus belajar dari Hana yang tidak hanya mau meminta, tetapi juga mau berkorban. Kita harus melihat bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36), sehingga kita dapat melakukan hal seperti yang dilakukan Hana. Kita tidak menjadikan yang dimiliki sebagai hal yang harus dipertahankan, tetapi dipergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Segala harta, jabatan, kekayaan, waktu, anak, dan lain sebagainya yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita katakan : “semuanya aku telah minta dari Tuhan”,  dan kita kembalikan kepadaNya untuk kemuliaan nama Tuhan. Terpujilah nama Tuhan. Amin. 08032012)