Minggu, 31 Maret 2013

SEMAKIN DEKAT DENGAN TUHAN


SEMAKIN DEKAT DENGAN TUHAN

Kejadian 25:5  Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Tuhan menyuruh aku mendahului kamu.

Masalah bisa membuat seseorang semakin dekat dengan Tuhan atau semakin jauh daripadaNya. Ini disebabkan karena kita seringkali lebih memilih berkutat dengan masalah daripada memilih Tuhan. Berkutat dengan masalah dalam arti kita menghadapi sendiri masalah tersebut dan menganggap diri mampu karena kita ingin kehendak kitalah yang jadi sehingga hal ini akan membuat pikiran menjadi takut, stres, panik dan akal sehat seakan kehilangan kendali. Di dalam pikiran kita sebuah masalah adalah sangat besar sehingga akan membawa kita kepada pikiran yang pendek, menyerah dan pada akhirnya menjadi putus asa. Dalam hal ini, berkutat dengan masalah membuat kita semakin jauh dari Tuhan.

Kehendak diri jangan sampai dipaksakan di dalam menghadapi masalah karena kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi di balik masalah yang dihadapi. Kehendak kita mungkin menginginkan jalan keluar A yang akan terjadi, tetapi sebenarnya jalan keluar B yang diberikan oleh Tuhan yang jauh lebih baik. Kalau kita bisa belajar dari kasus Sarai yang menduga bahwa dari Hagar-lah Tuhan memberikan keturunan baginya (Kejadian 16:2), mungkin kita tidak akan mengambil sebuah keputusan yang salah seperti yang dilakukan oleh Sarai. Apa yang di duga oleh Sarai ternyata telah membuahkan hasil sebuah perseteruan yang tidak pernah selesai sampai sekarang ini antara keturunan Hagar dengan keturunan Sarai.   

Seandainya Yesus mengikuti kehendak diriNya yaitu melalukan cawan penderitaan itu daripadaNya seperti yang didoakanNya di Taman Getsemani (Mat 26:39), maka tidak akan ada cawan perjanjian yang dicurahkan bagi banyak orang, tidak akan ada pengikut-pengikut Yesus yang setia sampai mati, tidak akan ada pekabaran Injil dan tidak akan ada yang dinamakan gereja dan lain sebagainya. Tetapi karena penderitaan itu dihadapiNya sesuai dengan kehendak Tuhan, maka semua orang menjadi percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Jalan Tuhan bukanlah jalan kita, tetapi Jalan Tuhan adalah yang terbaik. Jangan pernah bimbang untuk mengikuti rencana Tuhan walaupun mungkin sangat menyakitkan. Mengikuti jalan Tuhan, mengikuti rencana Tuhan membutuhkan pengorbanan. Tetapi jangan lupa ketika kita menemukan jalan keluar yang sesungguhnya yang bersumber dari Tuhan, maka kita akan dibuat terkagum-kagum olehNya. Ingatlah apa yang dialami Hana, ingatlah apa yang dialami Yusuf dan ingatlah apa yang dialami oleh Ayub. Semuanya bisa menginspirasi kita untuk membuat sebuah keputusan untuk selalu mengandalkan Tuhan di dalam kehidupan kita. Mari semakin dekat dengan Tuhan dan mengandalkan Dia ketika masalah datang menghadang. Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin. (01042013)

Rabu, 27 Maret 2013

JANGAN PERNAH MENYANGKAL TUHAN


JANGAN PERNAH MENYANGKAL TUHAN

Matius 26:75  Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Menyangkal Yesus? Mungkin kita berkata :”Tidak mungkinlah.” Ditengah dan di hadapan  jemaat Tuhan yang banyak, kita mengatakan tidak mungkin. Dengan begitu gagah kita mengatakan bahwa kita adalah jemaat yang setia yang tidak akan mungkin menyangkali iman kepada Yesus Kristus. Kita mengatakan bahwa masalah apapun tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih setia Tuhan. Mungkin itu juga yang terjadi dengan diri Petrus. Ketika Yesus berkata kepada murid-muridNya mengenai goncangan iman, Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (Matius 26:31-33). Dengan begitu yakin dan pongah, Petrus mengatakan komitmen untuk tidak menyangkal Yesus.  Tapi kenyataannya, alkitab mencatat bahwa ketika masalah timbul dan menimpa hidupnya, dia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.

Inilah kenyataan hidup yang sering menimpa hidup orang percaya. Ketika kehidupan masih nyaman, tenang, tanpa tekanan dan lain sebagainya, seringkali kita dengan angkuh  bersikap seperti Petrus dan menyatakan komitmen untuk terus mengiring Tuhan. Namun, ketika masalah mulai menerpa dan sepertinya tidak ada jalan keluar, ketika karir pekerjaan tidak meningkat, ketika sakit penyakit menimpa, dan lain sebagainya, kita merasa sendirian. Kita merasa berada di tengah-tengah orang banyak yang tidak mendukung komitmen kita sehingga kita menjadi takut. Ketika berada di lingkungan yang mayoritas, kita merasa sendirian dan takut kalau hal ini menjadi penghalang bagi kita untuk bergaul. Kita kuatir identitas kita menjadi penghalang untuk menapak karir yang lebih baik dan semuanya itu membuat kita menyembunyikan jati diri sebagai pengikut Kristus dengan tujuan agar kita dihargai, dihormati dan dapat diprioritaskan untuk menduduki sebuah jabatan. Dengan kata lain kita menyangkal Tuhan.

Betapa sedih hati Tuhan melihat kita menyangkal Dia hanya karena sebuah jabatan, hanya karena sebuah perkawinan, hanya karena sebuah kesembuhan, hanya karena sebuah pekerjaan, hanya karena kita merasa sendirian di tengah mayoritas dan lain sebagainya. Bayangkanlah bagaimana raut wajah Tuhan ketika Dia berpaling dan memandang Petrus  saat Petrus menyangkal diriNya (Lukas 22:61). Pasti sangat sedih. Tuhan sudah mengatakan di dalam Matius 10:33 bahwa barangsiapa menyangkal diriNya di depan manusia, Dia juga akan menyangkal kita di depan Bapa-Nya yang di sorga. Bahkan lebih ditegaskan lagi di dalam  2 Timotius 2:11-12 yang berkata: "Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita.” Karena itu, agar kita turut memerintah bersama dengan Yesus di Sorga kelak, dalam segala keadaan jangan pernah menyangkal Dia sebagai Tuhan dan Juru selamat kita.  Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin (28032013)

Selasa, 26 Maret 2013

JADILAH PEMENANG


JADILAH PEMENANG

 Mat 26:39  Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Penderitaan yang dialami oleh kita sebenarnya belumlah sebanding dengan penderitaan yang dialami Yesus. Coba kita renungkan lebih dalam apa yang dirasakan dan yang dialami oleh Yesus sebelum Dia ditangkap, Dia sangat menderita. Sebelum semuanya terjadi, Dia sudah mengetahui akan seperti apa hidupNya beberapa saat ke depan. Ini yang membuatNya secara manusia menjadi sangat menderita dan sangat tertekan. Lukas menceritakan tekanan bathin yang dialami Yesus dengan sangat jelas : “ Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” (Lukas 22:44). Bayangkan.

Kita belumlah mengalami seperti yang dialami oleh Yesus dan Dia tidak akan pernah memberikan hal semacam itu kepada umatNya. Dia bukan saja tidak akan memberikan, tetapi lebih daripada itu, Dia sudah berjanji akan melindungi kita semua sehingga Dia berkata agar jangan takut karena rambut kepala kita pun terhitung semua (Matius 10:28-30). Masa-masa sengsara yang kita hadapi tidaklah seberat yang dialami oleh Yesus karena Dia tidak akan membiarkan itu semua terjadi atas kita.

Inilah yang harus kita pahami bahwa ketika kita mengalami sebuah masalah, semuanya belumlah seberapa dibanding dengan yang pernah dialami oleh Yesus. Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa penderitaan yang dialami sekarang ini belumlah sebanding dengan kemuliaan yang akan diterima pada masa yang akan datang (Roma 8:18). Penderitaan yang dialami tidak seharusnya membuat bathin kita tertekan seperti yang dialami oleh Yesus di taman Getsemani karena semuanya yang terjadi bukan lagi kita yang menopang, bukan lagi kita yang menanggung dan bukan lagi kita yang memikul, tapi Yesus yang adalah Tuhan yang melakukan semuanya itu. Dia sudah berkorban bagi kita semua sehingga kita bisa menjadi seorang yang lebih dari yang menang (Roma 8:37). Artinya, penderitaan, masalah, sakit penyakit, kuasa maut dan lain sebagainya yang berusaha menekan kehidupan kita sudah dikalahkan didalam Yesus Kristus sehingga semuanya itu tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan dapat menekan hati kita apabila kita mau berlindung di balik pemenangnya yaitu di dalam nama Yesus Kristus. Kita adalah orang yang sudah menang. Haleluyah. Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin.  (27032013)

Senin, 25 Maret 2013

CINTA UANG

CINTA UANG

"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10).

Uang adalah alat tukar yang sah dan diakui di dalam perdagangan. Uang dibuat dengan tujuan dipergunakan sbg alat bantu. Setiap orang pasti ingin memiliki uang yg pada awalnya keinginan itu kecil, namun semakin lama semakin bertambah besar dan pada akhirnya menjadi tak terkendali alias jatuh cinta pada uang. Ketidakmampuan mengendalikan diri untuk memiliki uang menjadikan seseorang tidak lagi mampu untuk berpikir logis yang pada akhirnya menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Seseorang rela mengorbankan hidupnya dan tubuhnya demi uang, mengorbankan waktunya, keluarganya bahkan imannya hanya karena uang. Sungguh malang, manusia yg seharusnya jadi tuan atas uang, malah sebaliknya menjadi hamba atas buatannya sehingga membuat dirinya mengalami derita yg berkepanjangan.

Renungkanlah: menjadikan uang sebagai tuan akan merubah pandangan kita terhadap Tuhan dan sesama. Cinta akan uang akan mengubah cinta kita kepada Tuhan dan sesama. TIdak ada orang yg dapat mengabdi kepada dua tuan dan tidak ada orang yg dapat membagi hati kepada dua cinta. Karena itu, jangan tambatkan hati kita kepada uang tapi tambatkanlah itu hanya kepada Tuhan.Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin

HAL KUATIR


HAL KUATIR

Matius 6:27  Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

Ini adalah sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Tuhan kepada para pengikutNya agar mereka tidak menjadi kuatir mengenai kehidupannya di masa yang akan datang. Ada begitu banyak orang mengalami rasa kuatir yang berlebihan sehingga memerlukan sebuah nasehat yang seperti ini yang dapat menenangkan dan menyejukkan hati. Kita tidak dapat pungkiri bahwa sebagai manusia yang melihat begitu banyak peristiwa aneh dan menakutkan di sekitar kita, sedikit banyak membuat kita menjadi kuatir. Kita berpikir sedemikian rupa jangan-jangan peristiwa itu akan menimpa kehidupan kita.

Rasa kuatir, cemas dan takut memang menjadi bagian hidup manusia dalam kesehariannya. Tidak ada manusia yang bebas dari rasa itu. Sepanjang kehidupan manusia, selama hayat masih dikandung badan, setiap orang pasti akan ditimpa rasa kuatir; kuatir akan tersedianya makanan yang akan dimakan, kuatir akan kelanjutan sekolah anak-anak, kuatir akan masa depan keluarga, kuatir akan karir pekerjaan, dan lain sebagainya. Rasa kuatir timbul karena kita mencari apa yang Tuhan tidak perintahkan yaitu mencari makanan, minuman, pakaian, karir, harta dan lain sebagainya di tempat yang tidak semestinya. Itu sebabnya, Tuhan Yesus datang kepada kita untuk menyatakan sebuah kalimat yang akan membuat kita tenang yaitu : “jangan kuatir”.

Yesus tidak hanya sekedar mengatakan :”Jangan Kuatir”, dan kemudian membiarkan kita sendirian tanpa ada jalan keluar yang pasti tentang mengatasi rasa kuatir itu. Dia mengajak kita untuk membayangkan bahwa rasa kuatir tidak akan menambah panjang umur kita dan tidak membuat kita semakin sejahtera. Dia membuka pikiran kita bahwa sebenarnya yang kita cari itu ada di dalam KerajaanNya. Itu sebabnya Tuhan tidak mengajak kita untuk mencari harta, jabatan, kebutuhan jasmani dan lain sebagainya terlebih dahulu, tetapi Dia memerintahkan kita untuk mencari Dia dan KerajaanNya karena memang disanalah semua terdapat yang kita cari dan yang kita butuhkan. Tuhan sudah menjamin dan menyediakan semua apa menjadi kebutuhan umatNya. Tinggal kita sekarang, apakah mau datang kepadaNya atau tidak. Kalau kita datang kepadaNya maka rasa kuatir itu tidak akan ada karena Dia sudah berjanji akan menyediakan semuanya bagi kita, tetapi kalau kita mencarinya di tempat yang tidak Dia tunjuk, maka pastilah rasa takut, kuatir dan cemas akan selalu menghantui kita. Pilihan ada di tangan kita. Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin. (20032013)


AGAR TIDAK BINASA


AGAR TIDAK BINASA

Yohanes 18:9  Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa."

 Masa-masa sengsara Yesus Kristus telah tiba. Seperti yang telah dinubuatkan para nabi bahwa Dia harus menderita sengsara di kayu salib, maka saatnya Dia harus menerima semuanya itu. Memang secara manusia, Yesus tidak ingin menerima semua bagian yang harus ditanggungNya sehingga Dia pernah berkata : “"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Dia tidak mau keinginan dan kehendakNya sebagai manusia yang dilaksanakan, tapi rencana Tuhan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia yang harus digenapi di dalam diriNya.

Inilah yang terjadi sesungguhnya bahwa pada malam sebelum Dia diadili, Dia sudah mengatakan kepada semua orang bahwa semua yang bersama-sama dengan Dia tidak akan dibiarkan seorangpun binasa. Ketika murid-murid melihat bahwa Dia telah ditangkap, Yesus tidak membiarkan para murid juga ditangkap, disiksa, diadili dan dibunuh. Yesus bukanlah seorang tipe pemimpin yang mementingkan diri sendiri yang membiarkan dirinya selamat di tengah amuk massa dan membela diriNya sendiri serta membiarkan para muridNya yang ditangkap dan diadili. Tidak seperti itu.

Pada saat ini, begitu banyak pemimpin yang mengelak tuduhan kejahatan yang ditujukan kepadanya dan merasa bersih sehingga mengorbankan orang lain. Tapi tidaklah demikian dengan Yesus, walaupun Dia tidak bersalah, Dia tidak berusaha membela diri dan mengalihkan perhatian massa kepada para murid. Coba kita renungkan, betapa sebenarnya Yesus mampu untuk melakukan semuanya itu. Dia mampu untuk membela diri, Dia mampu menyelamatkan diri, dan Dia mampu untuk menyalahkan orang lain sebagai yang bersalah. Tetapi karena besar kasihNya kepada kita dan karena rencana Tuhan harus dinyatakan di dalam diriNya, maka Dia tidak melakukan semuanya itu. Dia telah mengorbankan diriNya untuk menebus dosa manusia. Di Golgota, di kayu salib, kejadian yang menyedihkan itu harus terjadi semuanya adalah untuk manusia yang berdosa, bagi saudara dan saya. Dia tidak mau kita binasa, tetapi Dia mau kita semua beroleh hidup yang kekal. Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin (26032013)