Selasa, 01 Maret 2011

TUJUAN DARI SEBUAH MASALAH


Matius 16:23  Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Pada umumnya rancangan di dalam pikiran manusia adalah agar kehidupannya selalu berjalan mulus, penuh dengan ketenangan, tidak ada masalah, tidak ada tantangan dan lain sebagainya. Manusia merindukan agar di dalam kehidupannya bebas menghadapi masalah, dan menginginkan agar suatu masalah tidak datang kepadanya, agar suatu masalah dihalaukan dari dirinya. Ketika masalah datang menghambat, ketika masalah datang menghimpit, ketika masalah menghantam kehidupan seseorang, hal pertama yang sering dikatakan adalah : “mengapa hal ini terjadi kepadaku?”

Orang sering menganggap bahwa sebuah masalah adalah hal yang menakutkan yang tidak perlu dihadapi.  Kalau bisa, sebuah masalah yang sudah datang ke dalam diri segera berlalu dari hadapan kita. Itu sebabnya, ada begitu banyak orang berdoa dan meminta kepada Tuhan agar masalah itu segera dihalaukan dari kehidupannya. Ketika Yesus memberitahukan rencana Tuhan atas diriNya bahwa Dia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga, Petrus segera menarik dan menegor Dia dengan berkata : "Tuhan, kiranya Bapa menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Petrus tidak ingin hal itu terjadi di dalam kehidupan Yesus yang akan membuat kehidupan mereka menjadi kacau balau.

Masalah bukanlah merupaka suatu hal yang menakutkan yang perlu dihindari, tetapi tidak juga kita harus mencari masalah. Menghindari sebuah masalah adalah tindakan seorang pengecut  dan mencari sebuah  masalah adalah tindakan seorang pembuat onar. Kalau sebuah masalah datang menghampiri diri kita, Tuhan juga datang menghampiri diri kita dan Dia sebenarnya ada di sisi kita. Dia ingin melihat bagaimana tindakan kita menghadapi masalah tersebut, apakah lari, apakah ketakutan, apakah kuatir, apakah menjadi gelisah dan lain sebagainya. Tuhan sudah tahu bagaimana akhir dari sebuah masalah yang Dia ijinkan terjadi pada diri kita dan Dia tahu bahwa semuanya adalah baik untuk kehidupan kita karena semuanya bertujuan untuk sebuah damai sejahtera (Yeremia 29:11). Ini diibaratkan seorang guru yang memberikan sebuah tes kepada murid untuk melihat bagaimana penguasaan murid terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan. Guru sudah tahu kunci jawaban dari tes tersebut dan semuanya adalah sesuai dengan kemampuan dari murid dan sesuai dengan tingkatan kelasnya. Tuhan juga sudah tahu dimana tingkatan kemampuan kita menghadapi masalah. Dia juga akan memberikan kita kekuatan dan jalan keluar di dalam menghadapi masalah tersebut (I Korintus 10:13. Tuhan mau agar umatNya mau mengambil suatu langkah mendekati diriNya dengan berdoa dan berharap penuh kepadaNya. Tuhan mau agar kita mau mengambil sikap berlutut meminta kekuatan kepadaNya dan bukan menghalaukan masalah itu dari hadapan kita. Tuhan akan kecewa apabila kita bersikap seperti Petrus yang menarik dan menegor Tuhan serta yang bertindak seakan-akan kita lebih tahu dan lebih pintar dariNya. Tuhan tidak mau umatNya bertindak dengan cara pikiran manusia tetapi lebih daripada itu manusia harus bertindak sesuai dengan skenario dari jalan pikiran Tuhan atas kehidupan kita karena semuanya itu adalah untuk kebaikan kita. Jadi, sebagai umat Tuhan yang sudah diberi pengertian akan hal ini, marilah kita bertindak dan mengambil sikap sesuai dengan rancangan Tuhan dan menjadikan sebuah masalah bukan sebagai masalah yang menakutkan tetapi menjadikannya sebagai sebuah tantangan untuk dihadapi dan dilalui  dengan baik bersama dengan Tuhan yang akan memberikan kekuatan kepada kita sehingga semuanya ini akan menjadi sumber kesaksian yang hidup bagi orang lain. Terpujilah nama Tuhan. Amin. (02032011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar