JANGAN MEMBERONTAK
Lukas 15 : 11 – 32
Memberontak adalah salah satu sifat dasar manusia. Lihat saja,
manusia pertama yaitu Adam dan Hawa sudah berani memberontak kepada
Tuhan karena ingin menyamai dirinya dengan Tuhan. Sudah tahu bahwa buah
dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat dilarang dan tidak boleh
dimakan, mereka makan juga (Kejadian 3:6). Sudah tahu itu adalah
perintah Tuhan, tetapi tetap dilanggar. Inilah manusia yang bisa
dikatakan orang bebal yang tidak mau mengikuti perintah Tuhan.
Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang yang dipaparkan di dalam
kitab Lukas ini diceritakan tentang kebebalan seorang anak bungsu yang
memberontak terhadap bapaknya. Dia meminta bagian dari harta bapaknya
yang menurut dia merupakan warisan buat dirinya. Sebenarnya ini belumlah
haknya, tetapi bapanya dengan penuh kasih memberikan bagiannya. Kita
lihat, setelah dia memperoleh bagiannya, dia segera berpoya-poya dan
menghambur-hamburkan uang bapaknya sampai habis. Dia kemudian jatuh
bangkrut dan tidak lagi memiliki apa-apa. semua temannya menjauh. Tidak
ada tempat mengadu dan tidak ada tempat untuk berkeluh kesah serta tidak
ada orang yang mau menolong dia. Akhirnya dia harus hidup di kandang
babi. Sebuah ironi yang harus dimiliki oleh seorang kaya tetapi
memberontak terhadap bapaknya.
Kita sebenarnya adalah orang yang beruntung telah menerima kasih
karunia Tuhan berupa keselamatan dan masuk dalam rencana Tuhan yang
begitu indah (1 Petrus 1:2). Tetapi seringkali di dalam perjalanan
hidup, kita menjadi orang yang memberontak kepada Tuhan, egois, hidup
semaunya, dan ingin mendapatkan sesuatu dengan jalan pintas. Kita tidak
sabar menantikan janji Tuhan untuk memberikan masa depan yang penuh
harapan sehingga harus meninggalkan Tuhan dan pergi menikmati kesenangan
duniawi. Kita pikir hidup menjadi lebih baik, tetapi kenyataan yang
dihadapi jauh lebih berat dan tidak mengenakkan. Hidup tanpa kasih
sayang Tuhan membuat hidup kita menderita dan pada akhirnya hidup kita
terlunta-lunta sampai memiliki derajat hidup sama seperti babi (Lukas
15:16). Oleh karena itu, mari kita menyadari hal ini dan kembali kepada
Bapa. Bila kita pada saat ini telah menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan
itu dan telah meninggalkan Tuhan, lakukanlah seperti anak bungsu ini
dengan datang kepada Bapa dan mengaku dosa. Bapa di Sorga akan
mengampuni kita karena Dia adalah setia dan adil (1 Yohanes 1:9). Kasih
karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin. (09022013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar