Minggu, 10 Februari 2013

JANGAN MEMBERONTAK

JANGAN MEMBERONTAK

Lukas 15 : 11 – 32

Memberontak adalah salah satu sifat dasar manusia. Lihat saja, manusia pertama yaitu Adam dan Hawa sudah berani memberontak kepada Tuhan karena ingin menyamai dirinya dengan Tuhan. Sudah tahu bahwa buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat dilarang dan tidak boleh dimakan, mereka makan juga (Kejadian 3:6). Sudah tahu itu adalah perintah Tuhan, tetapi tetap dilanggar. Inilah manusia yang bisa dikatakan orang bebal yang tidak mau mengikuti perintah Tuhan.

Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang yang dipaparkan di dalam kitab Lukas ini diceritakan tentang kebebalan seorang anak bungsu yang memberontak terhadap bapaknya. Dia meminta bagian dari harta bapaknya yang menurut dia merupakan warisan buat dirinya. Sebenarnya ini belumlah haknya, tetapi bapanya dengan penuh kasih memberikan bagiannya. Kita lihat, setelah dia memperoleh bagiannya, dia segera berpoya-poya dan menghambur-hamburkan uang bapaknya sampai habis. Dia kemudian jatuh bangkrut dan tidak lagi memiliki apa-apa. semua temannya menjauh. Tidak ada tempat mengadu dan tidak ada tempat untuk berkeluh kesah serta tidak ada orang yang mau menolong dia. Akhirnya dia harus hidup di kandang babi. Sebuah ironi yang harus dimiliki oleh seorang kaya tetapi memberontak terhadap bapaknya.

Kita sebenarnya adalah orang yang beruntung telah menerima kasih karunia Tuhan berupa keselamatan dan masuk dalam rencana Tuhan yang begitu indah (1 Petrus 1:2). Tetapi seringkali di dalam perjalanan hidup, kita menjadi orang yang memberontak kepada Tuhan, egois, hidup semaunya, dan ingin mendapatkan sesuatu dengan jalan pintas. Kita tidak sabar menantikan janji Tuhan untuk memberikan masa depan yang penuh harapan sehingga harus meninggalkan Tuhan dan pergi menikmati kesenangan duniawi. Kita pikir hidup menjadi lebih baik, tetapi kenyataan yang dihadapi jauh lebih berat dan tidak mengenakkan. Hidup tanpa kasih sayang Tuhan membuat hidup kita menderita dan pada akhirnya hidup kita terlunta-lunta sampai memiliki derajat hidup sama seperti babi (Lukas 15:16). Oleh karena itu, mari kita menyadari hal ini dan kembali kepada Bapa. Bila kita pada saat ini telah menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan itu dan telah meninggalkan Tuhan, lakukanlah seperti anak bungsu ini dengan datang kepada Bapa dan mengaku dosa. Bapa di Sorga akan mengampuni kita karena Dia adalah setia dan adil (1 Yohanes 1:9). Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin. (09022013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar