Jumat, 06 April 2012

SEBUAH PENYESALAN


SEBUAH PENYESALAN

Matius 27:  3-5  Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,   dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!"   Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.

Penyesalan selalu datang terlambat. Tidak pernah dalam sejarah hidup manusia yang namanya menyesal datang lebih awal, selalu saja terlambat. Kita melihat Yudas menyesal setelah menyerahkan Yesus kepada orang Farisi hanya dengan tiga puluh uang perak dan setelah mengetahui bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati. Mungkin pada awalnya Yudas berpikir bahwa Yesus paling  tidak hanya dihukum penjara, tetapi ternyata sebaliknya, Yesus dihukum mati. Yudas menyesal, tetapi tidak diikuti dengan proses bertobat sehingga harus menggantung dirinya sendiri sampai mati.

Banyak orang menyesal karena telah mengambil sebuah keputusan yang salah. Salah di dalam bertindak, salah di dalam berkata-kata, salah di dalam menentukan pasangan hidup, salah di dalam mengambil sebuah pekerjaan, salah karena tidak mengikuti pesan orang tua agar rajin belajar dan mau bersekolah, salah karena tidak mengikuti firman Tuhan,  dan lain sebagainya.  Di dalam alkitab kita dapat melihat bagaimana seorang Yefta salah di dalam bernazar sehingga harus mengorbankan anak perempuan tunggalnya. (Hakim-Hakim 11:29-40). Yefta menyesal, tetapi nasi sudah menjadi bubur tidak ada yang dapat lagi dilakukannya selain menepati nazarnya.

Kita harus hati-hati di dalam mengambil sebuah keputusan sehingga tidak menimbulkan sebuah penyesalan. Caranya?  Berdoa minta petunjuk Tuhan dan bertindak sesuai dengan hukum-hukumNya yang merupakan firman Tuhan (Yosua 1:7). Kita dapat melihat bagaimana para murid mengambil sikap doa kepada Tuhan untuk dapat menentukan pengganti Yudas. (Kisah 1:24) Para murid menyadari keterbatasan mereka di dalam mengetahui isi hati orang lain sehingga harus menyerahkan hal ini kepada Tuhan. Para murid tidak menyerahkan hal ini kepada orang pintar atau bertanya kepada arwah seperti yang sering dilakukan orang Israel ketika kehilangan seorang pemimpin. Demikian juga dengan kita. Setiap keputusan yang akan kita ambil baik mengenai calon teman hidup, mencari pekerjaan, menjadi seorang pelayan Tuhan dan lain sebagainya harus diserahkan kepada Tuhan di dalam doa. Memohon petunjuk Tuhan agar diberi jalan dan kemudahan di dalam mengambil sebuah keputusan adalah jauh lebih baik dari pada meminta petujuk arwah atau petunjuk orang pintar. Meminta petujuk Tuhan akan memberikan kita sebuah hasil yang luar biasa dan hati kita penuh dengan damai sejahtera. Tetapi meminta petujuk arwah atau orang pintar, akan menghasilkan sebuah keputusan yang tidak baik dan penyesalanlah yang akan diperoleh. Jangan sampai keputusan yang telah diambil menghasilkan penyesalan seumur hidup. Terpujilah nama Tuhan. Amin (07042012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar