Selasa, 17 April 2012

SUMBER KEKAYAAN


SUMBER KEKAYAAN

Amsal 13:11 ¶  Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.

 Apakah saudara ingin kaya? Jangan malu-malu untuk menjawabnya, so pasti semua orang ingin kaya. Tidak ada orang yang tidak ingin kaya, semua menginginkannya. Bahkan ada yang sampai menghayal ingin kaya mendadak dengan cara mendapat lotere atau undian berhadiah. Ini namanya ingin kaya mendadak.  Ada orang berusaha untuk menjadi kaya dengan berbagai macam cara, mulai dengan cara halal sampai dengan cara yang tidak benar.

Sekarang di posisi manakah saudara di dalam memperoleh kekayaan? Apakah dengan cara halal atau dengan cara lain? Kalau kekayaan yang diperoleh adalah hasil jerih payah dan kerja keras kita, maka kekayaan itu akan menjadi berkat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Namun sebaliknya, bilamana harta kekayaan diperoleh dengan cara yang tidak benar seperti mencuri, merampok, korupsi, manipulasi dan lain sebagainya, kita harus cepat menyadari bahwa hal tersebut adalah tidak benar.

Memang enak kalau kita cepat kaya dan kekayaan tersebut diperoleh dengan cara yang berkenan kepada Tuhan. Lihat saja Abraham bisa memperoleh kekayaan dengan begitu cepat di tanah Kanaan tanpa harus menunggu beranak cucu dulu dan dia bisa menjadi berkat bagi orang lain. Semua adalah hasil kerja kerasnya. Di balik kerja kerasnya, kita harus mengetahui sebuah rahasia kekayaan Abraham yaitu karena Tuhan memberkati dia. Berkat itu juga turun kepada anak cucunya yang mengikuti jejak Abraham untuk selalu dekat dengan Tuhan. Itu sebabnya penulis kitab Amsal yaitu raja Salomo yang merupakan keturunan Abraham mengerti betul kondisi ini sehingga dia berani mengatakan bahwa, "Berkat Tuhan-lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya" (Amsal 10:22). Salomo juga mengerti betul bahwa kekayaan yang diperoleh dengan cepat tanpa kerja keras alias dengan cara yang tidak benar akan cepat juga habisnya. Kekayaan yang diperoleh, dimiliki dan dinikmati oleh Salomo menjadikan dia semakin bijaksana karena dia tahu bahwa semua adalah bersumber dari Tuhan sehingga dengan kekayaannya dia tidak menjadi sombong, tetapi dia semakin merasa tidak berarti  apa-apa dan semua usaha yang pernah dilakukannya dia katakan adalah sia-sia belaka (Pengkhotbah 1:2). Nah, kalau saja Salomo yang memiliki begitu banyak kekayaan yang diperoleh dengan cara yang benar masih berkata “sia-sia”, bagaimana dengan kita? Mari kita tinjau kembali keinginan untuk menjadi kaya dengan cara yang tidak benar. Terpujilah nama Tuhan. Amin. (18042012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar