Senin, 31 Januari 2011

BERHASIL DI DALAM TUHAN


Mazmur 1:1-3 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

Di dalam kehidupan, keberhasilan seseorang selalu diidentikkan dengan adanya sejumlah harta kekayaan yang dapat dilihat dan dinikmati, punya mobil mewah, punya rumah yang sangat besar dan mahal harganya, punya karir yang baik dengan jabatan tinggi di perusahaan, punya anak-anak dengan sekolah yang tinggi, punya simpanan uang yang cukup untuk  tujuh keturunan, dihormati oleh banyak orang, dipuja-puja karena terkenal dan memiliki sejumlah penggemar yang selalu menanti kedatangannya dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi tolok ukur keberhasilan orang dunia yang kebanyakan tidak mengenal Tuhan. Lantas, keberhasilan yang bagaimanakah yang seharusnya  dialami oleh orang-orang percaya? Yaitu keberhasilan yang diperoleh bersama dengan Tuhan dimana di dalamnya ada damai sejahtera, sukacita dan ucapan syukur.


Raja Hizkia adalah raja yang penuh dengan berkat dari Tuhan. kekayaan, kehormatan, kejayaan dan lain sebagainya dia peroleh berkat kedekatannya dengan Tuhan dan bukan sebab hasil usahanya sendiri. Segala yang diperbuat Hizkia dibuat Tuhan berhasil. Di tengah kesibukannya sebagai raja, Hizkia sadar betul bahwa segala hal yang dia miliki adalah bersumber dari Tuhan dan dia tidak mau mengulang kesalahan nenek moyangnya yang mengalami kegagalan karena berlaku tidak setia kepada Tuhan, sehingga dalam segala kesibukannya, dia masih menyempatkan diri untuk memperhatikan rumah Tuhan (2 Tawarikh 29:3), memberitakan kebenaran serta mengajak seluruh rakyat untuk datang kepada Tuhan(2 Tawarikh 30:5) dan dia selalu berdoa menyerahkan seluruh permasalahan negeri kepada Tuhan (2 Tawarikh 32:20). Inilah yang membedakan raja Hizkia dengan raja-raja lainnya bahwa keberhasilan yang diperolehnya adalah merupakan berkat dari Tuhan.

Keberhasilan sesungguhnya tidaklah ditandai dengan harta yang melimpah, kekayaan yang banyak, jabatan yang tinggi dan lain sebagainya.  Firman Tuhan mengatakan bahwa apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?(Mat 16:26). Artinya, buat apa keberhasilan yang diperoleh tanpa ada Yesus di dalam kehidupan kita? Semuanya akan sia-sia. Hati akan terasa hampa, ada kekosongan, tidak ada damai sejahtera dan segala kekayaan yang diperoleh tidak akan memberikan rasa cukup. Kekayaan adalah merupakan barang yang fana yang akan dapat hancur seketika. Raja Salomo dalam segala kemewahannya pernah berkata bahwa segala yang telah dia lakukan untuk mencapai seluruh kekayaan dan kejayaan yang diperolehnya adalah kesia-siaan ( Pengkhotbah 2:11). Dengan segala usahanya dia telah menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum dia. Tidak ada raja seperti raja Salomo sampai sekarang ini, punya kekayaan yang luar biasa banyaknya, punya anak yang begitu banyak, punya istri dan gundik yang begitu banyak, punya wilayah kekuasaan yang begitu luas,  disegani, dihormati dan semua raja takluk kepadanya. Tapi semuanya itu dia katakan sia-sia.  Raja Salomo mengerti bahwa Tuhan telah memberikan kekekalan di dalam hati manusia, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Tuhan dari awal sampai akhir (Pengkhotbah 3:11). Salomo menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan berhasil apabila manusia dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Tuhan dari awal sampai akhir. Untuk dapat menyelami pekerjaan itu, manusia harus bergaul akrab dengan Tuhan, mau bersekutu denganNya, berdoa kepadaNya, dan lebih daripada itu yang kesukaannya adalah firman Tuhan. Untuk semuanya itu, maka dia akan seperti pohon yang ditanam di tepian aliran sungai yang   menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Inilah yang dikatakan berhasil menurut ukuran Tuhan yaitu menyadari bahwa semua itu terjadi karena anugrah Tuhan semata. Kita harus memahami ini semua dan sudah saatnya kita bertanya pada diri sendiri, apakah memang keberhasilan yang telah kita peroleh merupakan keberhasilan yang didalam Tuhan? Mari agar kita merenungkannya sehingga ada ucapan syukur yang memuliakan Tuhan atas setiap berkat yang telah diterima. Terpujilah nama Tuhan. Amin (01022011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar