Selasa, 15 Februari 2011

BERTERIMA KASIHLAH PADA YESUS

Lukas 17:15-16  Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Tuhan dengan suara nyaring,  lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.

Pada perikop ini, ada diceritakan mengenai sepuluh orang yang berpenyakit kusta datang kepada Yesus saat Dia berada di perbatasan Samaria dan Galilea. Kesepuluh orang yang berpenyakit kusta ini berteriak  ke arah Yesus dengan harapan Dia mengasihani dan mau menyembuhkan mereka. Dengan memelas mereka berkata : “Yesus, Guru, kasihanilah kami”, suatu ungkapan yang penuh iba yang ditujukan kepada Yesus dengan maksud agar Dia mau menyembuhkan mereka. Harapan mereka datang berseru kepada Yesus adalah kesembuhan dan bukan yang lain. Pada kenyataannya, Yesus iba kepada mereka dan mereka disembuhkan. Mujizat kesembuhan pun terjadi atas diri mereka.

Apa yang terjadi kemudian setelah mereka memperoleh kesembuhan? Mereka begitu bersukacita dan begitu bergembira sehingga menjadi lupa kepada sang Pemberi mujiat yaitu Tuhan Yesus. Kegembiraan yang luar biasa telah melupakan segalanya dan tidak lagi peduli dengan menyatakan rasa terima kasihnya kepada orang yang sudah peduli kepada mereka. Namun, diantara kesepuluh orang itu, ada satu orang yang tahu berterima kasih kepada sang Pemberi mujizat yaitu orang Samaria. Orang Samaria sering dilukiskan adalah orang yang tidak mengenal Tuhan yang benar yang selalu datang ke gunung-gunung untuk menyembah sesuatu yang mereka anggap sebagai Tuhan (Yohanes 4:20). Satu orang Samaria yang tidak mengenal Tuhan ini, yang tidak pernah diajarkan untuk mengucap syukur dan berterima kasih, yang dianggap orang tidak punya sopan santun, dan lain sebagainya, datang kepada Yesus dan tersungkur di kakiNya sebagai pernyataan ungkapan rasa syukurnya. Orang Samaria ini tidak datang kepada tuhannya di gunung-gunung untuk berterima kasih, tetapi dia datang kepada orang yang telah nyata-nyata memberikannya kesembuhan yaitu Yesus Kristus. Berbeda dengan sembilan orang lainnya yang merupakan orang Israel yang terkenal sebagai manusia ber-Tuhan dan telah diajarkan sopan santun secara turun temurun, tetapi tidak berterima kasih dan mengucap syukur kepada orang yang telah memberikan kesembuhan.

Kesenangan, sukacita, rasa gembira yang meluap-luap sering membuat orang menjadi lupa untuk bersyukur. Umat Tuhan di dalam menyatakan sukacita dan kegembiraannya, seringkali tidak pada tempatnya. Ketika menerima berkat Tuhan atas promosi jabatan di tempat kerjanya, meluapkan kegembiraannya dengan pesta pora di tempat yang tidak semestinya bersama dengan teman. Ketika mendapatkan seorang anak yang telah bertahun-tahun dinanti-nantikan, menyatakan kegembiraannya dengan upacara ritual yang telah dilakukan turun temurun. Ketika sudah mendapat pemulihan dari masalah keuangan dan sudah menjadi kaya, lupa kepada Tuhan sang Pemberi berkat dan menjadikan uang sebagai mamon, dan lain sebagainya. Padahal semuanya itu diperoleh dengan penuh penderitaan, penuh dengan kesabaran dan sampai meneteskan airmata berdoa kepada Tuhan yang jelas yaitu Tuhan Yesus. Namun ketika mendapatkan apa yang diidamkan, bukannya berterima kasih kepada sang Pemberi Berkat, malah melupakan dan mengabaikan Tuhan bahkan melakukan ritual  kepada sesembahan nenek moyang dengan upacara adat yang dianggap sebagai pemberi berkat. Artinya seperti  ini, ketika menderita, ketika sakit, ketika mengalami  masalah dan lain sebagainya, kita datang kepada Tuhan Yesus dengan cara giat melakukan ibadah, bersekutu dengan teman seiman, berdoa bersama atau berdoa sendiri kepada Tuhan Yesus untuk mendapatkan pemulihan atas pergumulan hidup kita. Namun ketika sudah mendapatkannya, kita bukan melakukan seperti ketika meminta, yaitu datang kembali kepada  Tuhan Yesus untuk mengucap syukur, tetapi kita melakukan hal yang menjauh dari Tuhan.  Kita menganggap bahwa semua hal yang telah diperoleh bukan karena adanya permintaan kita kepada Yesus, tetapi karena usaha yang dilakukan. Kita lupa kepada siapa kita meminta, kita lupa kepada siapa kita memohon.  Jangan sampai berkat Tuhan yang sudah berada di tangan kita diambil kembali oleh sang Pemberi Berkat. Kita harus seperti orang Samaria yang tahu berterima kasih, yang tahu mengucap syukur dan mau merendahkan hati di hadapanNya serta bersimpuh di kaki Yesus sebagai ungkapan rasa syukurnya. Orang Samaria tahu kepada siapa dia harus berterima kasih yaitu kepada orang dimana dia telah meminta belas kasihannya yaitu Yesus Kristus. Berterima kasihlah kepada Yesus Kristus yang telah memberikan kita berkat. Terpujilah nama Tuhan. Amin. (16022011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar