Senin, 07 Februari 2011

LATAR BELAKANG

Matius 13:54-55  Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?  Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?

Latarbelakang kehidupan seseorang sering tidak bisa dilupakan orang lain dibandingkan keadaan dirinya sekarang ini. Artinya, orang lebih suka mengingat masa lalu seseorang dan mengungkitnya daripada menerima keadaannya pada saat sekarang dengan maksud untuk menjatuhkannya. Ketika seorang narapidana bertobat dan menjadi orang baik-baik, orang yang bertemu dengannya bertanya-tanya dan mencibir dengan mengatakan: ”Dia itu kan mantan napi”. Ketika seseorang bertemu dengan seorang pelacur yang sudah bertobat dan sudah mengikut Tuhan, orang masih saja suka mengungkit masa lalunya dengan mengatakan :”Dia kan bekas pelacur”. Ada begitu banyak orang masih mengingat masa lalu orang lain, menganggap orang lain masih seperti dulu, masih melakukan hal yang sama, masih memiliki nasib yang sama seperti dulu ketika bertemu dan hendak menjatuhkannya dengan cara mengungkit masa lalunya yang kelam.

Demikian juga dengan Tuhan Yesus, orang memandang sebelah mata kepadaNya karena Dia seorang anak tukang kayu. Yesus semasa kecilNya adalah orang susah dan hidup dalam kemiskinan. Saking miskinnya, kedua orang tuanya hanya bisa mempersembahkan sepasang burung tekukur atau burung merpati kepada Tuhan. (Lukas 2:24). Sebagai anak tukang kayu, bisa dibayangkan betapa hidup mereka tidak begitu enak, tidak bisa mendapat kesempatan untuk menikmati fasilitas pendidikan dengan baik, dan lain sebagainya. Itu sebabnya,masyarakat menjadi takjub ketika melihat kebolehanNya mengajar orang banyak dan mereka berkata: ”darimana Dia memperoleh hikmat itu dan darimana Dia dapat melakukan mujizat yang begitu dahsyat?” Mereka heran mengapa anak seorang tukang kayu yang menurut anggapan mereka tidak mendapat pendidikan yang memadai bisa mengajar dengan begitu baik. Pikiran orang banyak mengarah kepada sebuah latar belakang Yesus yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.

Latar belakang kehidupan seseorang seringkali menjadi alat orang lain untuk menjatuhkannya. Ketika seseorang sudah menduduki jabatan yang tinggi di sebuah perusahaan, orang lain yang tidak senang lantas berusaha mencari latar belakang kehidupannya dengan tujuan untuk menjatuhkannya. Ketika seseorang sudah menduduki jabatan sebagai presiden atau menteri atau pejabat tinggi pemerintah, orang lantas mengungkit masa lalunya untuk menjatuhkannya dari posisi yang ada.  Masa lalu seseorang memang mungkin tidak mengenakkan dan mungkin begitu gelap. Tetapi, apakah seseorang yang pernah berada di dalam kegelapan harus tetap berada di sana? Apakah seseorang tidak bisa keluar dari kegegelapan dan beralih kepada sebuah kehidupan yang lebih baik? Ada begitu banyak orang beranggapan seperti itu bahwa orang yang hidup di dalam kegelapan dan mempunyai latar belakang yang tidak baik, sepanjang hidupnya pasti tidak baik. Orang Farisi menganggap bahwa pemungut cukai adalah orang yang tidak benar, maka sepanjang hidup mereka, orang farisi selalu menganggap pemungut cukai adalah orang berdosa (Matius 9:11). Itu sebabnya, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia datang bukan kepada orang benar, tetapi kepada orang berdosa.(Matius 9:13). Artinya, Yesus datang untuk menyelamatkan manusia, tidak memandang latar belakangnya. Tetapi Yesus datang kepada orang yang mau mengakui segala dosa dan kesalahannya. Bagi Yesus latar belakang kehidupan seseorang bukanlah masalah besar yang harus diungkit-ungkit dan dipermasalahkan. Apakah seseorang berprofesi sebagai  pelacur, sebagai penjahat, sebagai pembunuh, sebagai pemerkosa, sebagai koruptor atau yang lainnya, Yesus tidak pernah mempermasalahkannya. Ingatlah tentang cerita bagaimana Tuhan Yesus tidak menghukum dan bahkan Dia mengampuni seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah (Yohanes 8:11). Semua orang yang datang dan mengaku dosa kepada Tuhan Yesus akan diampuniNya. Tanpa memandang latar belakang agama, latar belakang suku, latar belakang pekerjaan, latar belakang kehidupan dan lain sebagainya, Tuhan akan menerimanya. Pertanyaannya sekarang, kalau Tuhan Yesus saja mau menerima seseorang tanpa memandang latar belakang kehidupannya, mengapa kita tidak? Mengapa kita merasa latar belakang seseorang begitu penting untuk dipermasalahkan? Camkan dan ingatlah, bahwa kita dilahirkan untuk menatap masa depan dan bukan melihat masa lalu. Oleh karena itu, mari kita tidak berusaha mengungkit-ungkit masa lalu seseorang dengan tujuan mempermalukannya atau untuk menjatuhkannya.Terpujilah nama Tuhan. Amin. (08022011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar