Kamis, 03 Februari 2011

KENA DEH LU

2 Timotius 2:23-26  Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran,  dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.

Dalam kehidupan bergereja atau dalam kehidupan pelayanan, sering terjadi seseorang tersinggung terhadap teman sepelayanan atau terjadi kesalahpahaman yang berakibat saling tidak sapa dan mungkin bisa mengarah kepada tidak mau lagi beribadah di tempat itu alias pindah gereja. Ketika tersinggung menghadapi teman sepelayanan atau jemaat lainnya, kita lantas tidak mau lagi beribadah di sana dan ketika dikonfirmasi mengenai ketidakhadiran di gereja, kita berkilah dan berusaha membenarkan diri dengan memakai ayat-ayat firman Tuhan. Dalam hal ini, firman Tuhan dijadikan alat untuk menyerang teman sepelayanan atau jemaat lain dan untuk membenarkan diri sendiri. Namun sering kali firman Tuhan yang dipakai untuk menyerang teman tidak sesuai dengan konteks yang ada alias asal comot. Dan ketika kita menyampaikan firman Tuhan itu, kita berkata :”Kena deh lu.”

Sebagai contoh, mungkin kita sedang bertengkar dengan teman sepelayanan, lalu kita mengusir teman sepelayanan atau lawan bertengkar kita dengan mengambil  suatu ayat firman Tuhan di dalam Amsal 22:10 yang mengatakan : “Usirlah si pencemooh, maka lenyaplah pertengkaran, dan akan berhentilah perbantahan dan cemooh.” Kita menganggap bahwa kitalah yang benar dan mengatakan teman kitalah yang menjadi pencemooh.  Dalam hal ini kita tidak introspeksi terhadap diri sendiri. Barangkali mungkin benar, lawan kita yang kurang ajar sama kita, tetapi bukanlah sepantasnya mencomot ayat-ayat firman Tuhan untuk membenarkan diri sendiri lantas hengkang dari gereja dengan alasan menghindarkan pertengkaran yang tidak baik dilihat jemaat. Firman Tuhan bukanlah untuk  dipakai menghajar orang lain dan membenarkan diri sendiri, tetapi lebih daripada itu, adalah untuk memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama.

Kita harus menyadari diri sendiri bahwa kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan dosa. Kita harus merendahkan diri menerima setiap cemoohan atau perselisihan dari anggota jemaat lainnya atau dari teman sepelayanan. Dikatakan bahwa seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Sebagai hamba Tuhan, sebagai orang yang telah diselamatkan, sebagai pengikut Kristus  kita tidak  boleh bertengkar  baik dengan teman, saudara, tetangga maupun dengan teman sepelayanan atau jemaat bahkan dengan pendeta sekalipun. Tetapi yang kita lakukan malah sebaliknya, kita bertengkar dengan teman sepelayanan atau teman jemaat karena tidak  cocok dengan suatu kebijakan yang telah diambil. Kita bertengkar dengan tetangga karena merasa tetangga adalah saingan kita. Kita bertengkar dengan teman karena berselisih paham dengannya, dan lain sebagainya.  Selalu saja kita mencari-cari alasan untuk membenarkan diri, mencari cara untuk menyalahkan orang lain, menggunakan ayat-ayat firman Tuhan untuk menjatuhkan orang lain dan lain sebagainya. Apabila firman Tuhan cocok dengan kondisi lawan yang ada, maka dengan bangga kita akan berkata : “kena deh lu.” Kita menganggap bahwa dengan cara seperti itu, kita sudah menjadi pelaku firman. Namun melalui renungan ini, kita diingatkan bahwa sebagai anak Tuhan, bukan begitu caranya menghadapi konflik di dalam suatu gereja atau pelayanan, di dalam bertetangga, di dalam berteman. Kalau kita merasa sudah dewasa secara rohani, justru kita harus dengan sabar dan dengan rendah hati mau menerima setiap cemoohan orang lain. Firman Tuhan katakan bahwa setiap orang yang merendahkan hati pasti akan ditinggikan. Menjauhkan diri dari teman dengan menyimpan sebuah masalah yang belum diselesaikan  akan membuat sebuah dendam. Cepat atau lambat, dendam itu akan menguak kembali apabila bertemu dengannya. Kalau kita menganggap bahwa kita sudah mengampuni namun belum ada suatu perdamaian dengan teman sepelayanan atau jemaat  lainnya, hal itu bukanlah mengampuni yang sesungguhnya. Itu hanya usaha membenarkan diri sendiri bahwa kita sudah mengampuni seseorang dan sekarang terserah pada orang tersebut apakah dia mau atau tidak mengampuni kita, padahal kita sendiri tidak pernah mengungkapkan pengampunan itu kepadanya secara langsung. Apabila terjadi hal yang demikian, maka itu akan dapat  membuat kerusuhan bagi kedua belah pihak dan dapat mencemarkan  orang lain karena kita masih jauh dari kasih karunia Tuhan yaitu tidak memberi dan menerima  pengampunan (Ibrani 12:15). Oleh karena itu, ketika menghadapi konflik, menghadapi pertengkaran, mari kita tidak berusaha membenarkan diri sendiri dengan mengambil dan mencomot ayat-ayat  firman Tuhan, tetapi berusahalah hidup damai dengan orang lain berdasarkan kasih, kesabaran, kelemahlembutan yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus. Terpujilah nama Tuhan. Amin.  (04022011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar