Senin, 21 Februari 2011

TERBESAR MENURUT TUHAN


Lukas 9:46  Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.

Menjadi yang terbaik dan terbesar adalah dambaan setiap orang. Betapa tidak, setiap orang menginginkan sesuatu yang dapat mengangkat harkat dan martabatnya, sehingga dengan menjadi yang terbaik dan terbesar di dalam kehidupannya, banyak orang akan memuji, menyanjung dan menghargainya. Ada begitu banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan terbesar. Berbagai cara dan upaya dilakukan agar dapat mencapai hal tersebut dan dengan tega hati tidak mengenal kawan atau sahabat. Di dalam hatinya hanya tersimpan satu hal yaitu ingin menjadi terbaik dan terbesar.  Ada yang menganggap bahwa ketika menjadi seorang pemimpin, kita sudah menjadi yang terbaik dan terbesar. Ketika menjadi seorang kaya yang selalu didengar perkataannya, kita menganggap sudah menjadi yang terbaik. Ketika menjadi terkenal dan punya nama besar, kita beranggapan bahwa kita sudah menjadi yang terbaik dan terbesar.

Kita dapat melihat suatu contoh di alam Alkitab mengenai murid-murid Yesus pada suatu ketika bertengkar mengenai siapakah yang terbesar diantara mereka di hadapan Yesus Kristus. Ini mereka utarakan dengan harapan mereka mendapat jawaban dariNya dan Ia menunjuk salah seorang dari mereka sebagai seorang yang terbesar. Namun Yesus tahu jalan pikiran mereka dan mengambil seorang anak kecil dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Pada kesempatan berikutnya, para murid juga bertengkar mengenai siapakah yang terbesar di antara mereka. (Lukas 22:24) dan Yesus menjawab bahwa yang terbesar diantara mereka bukanlah sebagai pemimpin melainkan yang terbesar di antara mereka adalah yang berperan sebagai pelayan. (Lukas 22:26).

Keinginan untuk menjadi terbaik dan terbesar, seringkali bisa membuat suatu pertengkaran. Sama seperti murid-murid Yesus kala itu yang bertengkar mengenai siapakah diantara mereka yang terbesar karena pemikiran para murid pada waktu itu adalah bahwa seorang terbesar adalah merupakan seorang pemimpin sehingga mereka mengharapkan jawaban Yesus mengarah dan menunjuk kepada salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi seorang pemimpin. Tetapi Yesus tidak melakukan hal itu dan tidak menunjuk salah seorang dari mereka untuk menjadi yang terbesar melainkan mengatakan bahwa yang terbesar diantara mereka adalah seorang pelayan. Artinya, bahwa yang terbesar adalah orang yang mau merendahkan diri baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Inilah keinginan Tuhan kepada para muridNya agar para muridNya mau merendahkan hati dan merendahkan diri untuk menjadi pelayan. Namun yang sering terjadi saat ini adalah, ada begitu banyak umat Tuhan tidak lagi berperan sebagai pelayan tetapi sudah menjadi tuan di dalam singgasananya. Ada begitu banyak orang tidak lagi mau merendahkan hati, merendahkan diri untuk melayani  orang lain. Umat Tuhan begitu sombong dan angkuh untuk mau mengakui suatu kesalahan. Umat Tuhan begitu sombong dan berlomba-lomba untuk menjadi seorang yang terbesar dengan berbagai cara. Kesombongan membuat dirinya berambisi ingin menjadi seorang pemimpin di dalam gereja, di kantor, di lingkungan dan lain sebagainya, berambisi ingin menjadi ketua di dalam persekutuan, ingin menjadi yang terbesar di dalam aktivitas lainnya dengan harapan ingin dihargai, ingin disanjung, ingin dipuja orang banyak, agar dapat mengatur orang lain dan memperkaya diri sendiri. Itu sebabnya ada begitu banyak terjadi ketidakserasian antara pendeta dan jemaat, antara pendeta dengan pendeta lainnya, karena semuanya ingin menjadi pemimpin dan menganggap bahwa dengan menjabat suatu jabatan di gereja, dia sudah menjadi terbesar. Ingatlah akan perkataan Tuhan bahwa barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.(Matius 23:12).  Kalau kita mau menjadi seorang yang terbesar baik di bumi maupun di sorga, maka kita harus seperti anak kecil yang begitu polos dan tidak punya ambisi untuk menjadi pemimpin, mau mengalah, tidak ada niat jahat di dalam hatinya, serta selalu mau berdamai dengan orang lain walaupun telah disakiti. Mari menjadi yang terbesar dengan mau merendahkan hati dan merendahkan diri di hadapan Tuhan sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Terpujilah nama Tuhan. Amin (22022011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar